Mata Kuliah:
Geomatika dan Hari/tanggal:
Rabu, 14 Maret 2012
Inderaja Kehutanan Waktu : 14.00-17.00 WIB
SPATIAL
ENHANCEMENT
Oleh:
KELOMPOK 1
1.
Nadya Susetya Ningtyas (E14090071)
2.
Jajang Roni A. Kholik (E14090090)
Dosen :
Dr. Nining Puspaningsih, M.Si.
Asisten :
1. Putu Indra Divayana, S. Hut
2. I Putu Arimbawa P (E14070015)
3. Monika Turana (E14070070)
4. Aditya Sani Sasmita (E14070106)
5. Aditya Pradhana (E14070116)
6. Erry Maulana W (E14070122)
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I. METODOLOGI
1.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum
Geomatika dan Inderaja Kehutanan dengan judul materi Spatial Enhancement ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Maret 2012 mulai pukul 14.00-17.00 WIB yang bertempat di Laboratorium
Remote Sensing dan GIS, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.
1.2
Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.
Laptop
2.
Software ERDAS
IMAGINE 9.1
3.
Microsoft word
dan excel
Sedangkan
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.
Alat tulis
2.
Data citra
satelit Jakarta Utara tahun 1992
1.3
Cara Kerja
1.
Buka software
ERDAS IMAGINE 9.1 pada layar komputer.
2.
Kemudian buka interpreter > spatial enhancement > pilih convolution.
3.
Muncul box convolution
dan masukan input file yang akan di enhance berupa Jakut_tm92.img
4.
Ganti outputnya menjadi unsigned 8 bit dan masukan output filenya sebagai hasil enhance
suatu metode misalnya dengan memberikan nama Jakut_tm92_filtering_low_pass.img.
5.
Kemudian pada box kernel, klik pada kernel dengan memilih metode low pass (3x3 low pass) dan tekan edit untuk melihat hasil nilai kernelnya.
6.
Setelah itu buka viewer baru sebanyak 2 tampilan layar citra yaitu Jakut_tm92,img dan Jakut_tm92_filtering_low_pass.img.
7.
Klik kanan pada viewer yang baru, lalu pilih geo. link di citra yang setelah di filtering.
8.
Setelah ada tandanya, kemudian klik di citra yang sebelum di
filtering.
9.
Klik tanda + (start/update
inquire cursor) pada layar bagian atas kemudian akan muncul tabel data nilai citranya.
10.
Kemudian perbesar citra sebelum dan sesudah di filtering menjadi sebesar 3x3 piksel.
11.
Lakukan tahapan-tahapan yang sama pada vegetasi, tanah, dan air.
12.
Setelah selesai dengan metode ini, lakukan hal yang sama dengan metode-metode lain yang ada.
13.
Untuk melihat tampilan
file nilai DN yang ada pada piksel 3x3, maka klik i (show information for top raster) dan pilih pixel data kemudian
sesuaikan layer dengan data yang ingin dicari dan pilih juga posisi nilai pixel
menurut nilai koordinat X dan Y nya.
14.
Lakukan juga hal
yang sama di atas pada non-direction edge,
dengan cara tekan interpreter > spatial enhancement > non-direction edge.
15.
Muncul box non-direction edge
dan masukan input file yang akan di enhance berupa Jakut_tm92.img
16.
Masukan output
filenya sebagai hasil non direction edge suatu metode misalnya dengan
memberikan nama file Jakut_tm92_non_direction
edge_sobel.img.
17.
Pilih metode
sobel dan kemudian ganti outputnya menjadi nilai unsigned 8 bit kemudian tekan
OK.
Contoh Perhitungan:
Nilai
DN tengah setelah dilakukan filtering dengan metode Low Pass:
Low Pass =
Int ((1*65) + (1*56) + (1*61) + (1*84) + (1*72) + (1*67) +
(1*80) + (1*84) + (1*70)) /9
= 71 (Nilai DN Tengah)
2.2 Pembahasan
Kegiatan
praktikum ini adalah mengenai perbaikan spasial (spatial enhancement). Spatial
enhancement adalah suatu teknik perbaikan citra (nilai suatu fixel data)
berdasarkan nilai fixel data itu sendiri dan nilai fixel-fixel lain yang ada di
sekitarnya. Dalam menentukan perbaikan spasial, terdapat beberapa metode yang bisa
digunakan, yaitu sebagai contohnya adalah metode edge enhance, edge detect, non
directional-prewitt, dan non directional-sobel. Adapun tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk menghilangkan noise (bercak-bercak), mendeteksi objek yang
mempunyai nilai DN yang sama, dan mempertajam batas antar kelas tutupan lahan.
Berdasarkan hasil yang telah di dapat dari kegiatan praktikum ini yaitu berupa perbaikan
nilai objek vegetasi, tanah, dan air, setelah dilakukan kegiatan spatial enhancement
(perbaikan spasial), maka untuk nilai DN dari masing-masing objek mengalami perubahan. Pada objek vegetasi misalnya, mengalami perubahan nilai DN dari
nilai aslinya yaitu pada Jakut_asli
menunjukkan nilai DN vegetasi awal adalah 69.000. Sedangkan setelah dilakukan
filtering dengan beberapa metode menghasilkan nilai yang bervariasi yaitu
sebagai berikut: metode edge detect menampilkan nilai DN vegetasi sebesar
26.000, edge enhance sebesar 70.000, low pass sebesar 61.000, high pass sebesar
54.000, horizontal sebesar 3.000, vertikal sebesar 11.000, dan metode laplacian
edge menghasilkan nilai DN vegetasi sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap metode mampu menghasilkan nilai DN hasil filtering yang berbeda-beda
sesuai dengan kemampuan filter dari masing-masing metode. Namun, apabila
dibandingkan dari semua metode yang ada khusus untuk objek vegetasi, metode
yang mampu menampilkan citra lebih baik dari sebelumnya (citra asli) yaitu
dengan menghasilkan nilai DN vegetasi yang lebih besar dari Jakut_asli adalah
metode edge enhance dan metode vertikal dengan masing-masing nilai DN sebesar
70.000 dan 11.000. Maka, untuk objek vegetasi apabila dilakukan filtering,
metode yang paling baik digunakan adalah metode edge enhance atau metode
vertikal.
Begitu
pula pada objek
air juga mengalami perubahan nilai
DN dari nilai aslinya yaitu pada Jakut_asli menunjukkan nilai DN air awal adalah 39.000,
sedangkan pada metode edge detect menampilkan nilai DN air sebesar 0.000, edge
enhance sebesar 39.000, low pass sebesar 39.000, high pass sebesar 31.000,
horizontal sebesar 0.000, vertikal sebesar 3.000, dan metode laplacian edge
menghasilkan nilai DN air sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa pada objek
air juga mampu menampilkan nilai DN hasil filtering yang berbeda-beda sesuai
dengan kemampuan filter dari setiap metode yang ada. Selanjutnya, apabila
dilakukan perbandingan dari semua metode yang ada khusus untuk objek air,
metode yang mampu menampilkan citra paling baik dari semua metode yang ada
yaitu dengan menghasilkan nilai DN air yang lebih besar adalah metode edge
enhance dan metode low pass dengan masing-masing nilai DN sebesar 39.000 dan
39.000. Akan tetapi, khusus untuk objek air, meskipun nilai dari kedua metode
tersebut sama dengan DN awal, maka metode yang paling baik digunakan untuk
filtering objek air adalah metode edge enhance dan metode low pass.
Berbeda
halnya pada objek tanah, juga menampilkan perubahan nilai DN yang berbeda-beda pada setiap metode yang ada.
Berdasarkan data yang diperoleh, objek tanah pada Jakut_awal adalah sebesar
56.000, sedangkan pada ketujuh metode yang ada yaitu metode edge detect, edge
enhance, low pass, high pass, horizontal, vertikal, dan metode laplacian edge
secara berurutan menghasilkan nilai DN tanah masing-masing sebesar 24.000,
51.000, 58.000, 95.000, 7.000, 16.000, dan 0.000. berdasarkan data di atas,
yang mampu menampilkan citra paling baik dari sebelumnya dibandingkan dengan
semua metode yang ada yaitu dengan menghasilkan nilai DN tanah yang lebih besar
adalah metode low pass dan high pass dengan masing-masing nilai DN adalah
sebesar 58.000 dan 95.000. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang paling baik
digunakan untuk filtering (perbaikan spasial) objek tanah adalah metode low
pass dan metode high pass.
Apabila
dilihat dari semua hasil tampilan yang ada, maka dapat dijelaskan bahwa untuk perbaikan
spasial masing-masing objek mempunyai metode yang berbeda-beda yang mampu
menampilkan citra yang lebih baik yaitu pada objek vegetasi, tanah, dan air.
Metode edge enhance mampu menampilkan objek vegetasi dan air secara baik,
metode low pass mampu menampilkan objek air dan tanah dengan baik, sedangkan
metode high pass dan vertikal hanya mampu menampilkan objek terbaik pada satu
objek masing-masing yaitu objek vegetasi (vertikal) dan tanah (high pass).
Kegiatan
pengamatan selanjutnya adalah melakukan filtering (perbaikan spasial) dengan
membandingkan dua metode non-directional edge antara Prewitt dan Sobel.
Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4, 5, dan 6, dapat dijelaskan bahwa
untuk jenis objek vegetasi, nilai DN asli sebesar 67.000, sedangkan pada metode
Prewitt sebesar 2.000 dan metode Sobel sebesar 10.000. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dengan melakukan perbaikan menggunakan metode Prewitt maupun Sobel, tidak
menghasilkan nilai tampilan citra yang lebih baik dari sebelumnya pada objek
vegetasi. Pada objek air, metode Prewitt dan Sobel hanya mampu menghasilkan
nilai DN yang lebih kecil dari sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 1.000 dan
1.000, sedangkan nilai DN aslinya adalah sebesar 41.000. Begitu pula pada objek
tanah kedua metode tersebut hanya mampu menghasilkan nilai DN yang lebih kecil
dari sebelumnya (61.000) yaitu hanya menghasilkan nilai DN tanah sebesar 5.000
dan 3.000. Hal tersebut berarti bahwa kedua metode tersebut sebaiknya tidak
digunakan dalam filtering (perbaikan spasial) pada objek vegetasi, tanah, dan
air karena hanya mampu menghasilkan nilai DN yang lebih kecil dari sebelumnya.
Kegiatan
pengamatan ketiga adalah mengenai pembuktian perhitungan manual dari nilai DN
Jakut_awal menjadi nilai DN baru dengan menggunakan metode low pass. Pada
metode ini, akan dilakukan pembuktian manual mengenai perubahan nilai DN awal
menjadi DN baru pada metode low pass dengan cara mengalikan nilai DN awal pada
nilai fixel data (kernel) dari metode low pass yaitu bernilai (1, 1, 1, 1, 1, 1,
1, 1, 1). Pada kegiatan ini khusus dilakukan perhitungan untuk membuktikan
nilai DN yang ada di tengah berdasarkan perhitungan metode low pass.
Berdasarkan hasil yang didapat, setelah dilakukan perkalian dan perhitungan
dengan memasukan nilai kernel metode low pass, maka dihasilkan nilai DN baru
yang sesuai dengan tampilan hasil metode low pass di citra yaitu nilai DN
tengah awal sebesar 72 menjadi 71. Hal ini terbukti bahwa hasil yang diperoleh
pada tampilan citra dan hasil perhitungan manual menghasilkan nilai yang sama
dan terbukti bahwa nilai DN baru tersebut didapat dari hasil perkalian nilai
fixel awal dengan nilai kernel metode low pass yang ada.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Perbaikan spasial
(spatial enhancement) pada masing-masing objek mempunyai metode yang
berbeda-beda yang mampu menampilkan citra yang lebih baik. Misalnya: metode
edge enhance mampu menampilkan objek vegetasi dan air secara baik, metode low
pass mampu menampilkan objek air dan tanah dengan baik, sedangkan metode high
pass dan vertikal hanya mampu menampilkan objek terbaik pada satu objek
masing-masing yaitu objek vegetasi (vertikal) dan tanah (high pass).
2.
Metode
non-directional edge (Prewitt dan Sobel) sebaiknya tidak digunakan dalam
filtering (perbaikan spasial) pada objek vegetasi, tanah, dan air karena hanya
mampu menghasilkan nilai DN yang lebih kecil dari sebelumnya.
3.
Nilai DN baru
hasil perbaikan spasial merupakan nilai yang didapat dari nilai DN awal
dikalikan dengan nilai fixel data (kernel) pada suatu metode yang digunakan,
misalnya pada praktikum ini digunakan metode low pass maka nilai kernel yang
digunakan adalah (1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1).
DAFTAR PUSTAKA
Jaya, I.N.S. 2007. Analisis Citra Dijital: Perspektif Penginderaan Jauh
untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Fakultas
Kehutanan IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar