Kamis, 15 Maret 2012

PERENCANAAN PEMANENAN HUTAN


Pada kegiatan perencanaan pemanenan hutan, terdapat beberapa hal yang bersifat administratif yang harus dilakukan oleh para perencana sebelum mengadakan kegiatan pemanenan hutan. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Penentuan tata batas areal, dalam kegiatan ini para perencana harus menentukan batas-batas areal yang akan dilakukan pemanenan. Tata batas areal tersebut dapat berupa garis batas antara lokasi pemanenan dengan lokasi lain yang tidak direncanakan untuk dipanen.
2.      Menghitung luas areal, dalam kegiatan ini lokasi pemanenan yang sudah diberi tata batas, harus dihitung luasnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui luas areal yang akan dipanen dan hubungannya dengan perencanaan produksi (biaya, waktu, sumberdaya, dan sebagainya).
3.      Menentukan lokasi petak tersebut pada wilayah tertentu.
4.      Pemilihan pohon yang akan ditebang, dalam hal ini dilakukan pemilihan pohon-pohon yang layak tebang dengan melihat ukuran diameter pohon, tinggi batang utama, dan kesehatan pohon.
Selanjutnya setelah dilakukan empat hal diatas, hal lain yang harus dilakukan adalah membuat rencana pemanenan. Adapun tahapan rencana tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Penentuan Sistem Silvikultur
Dalam tahap ini para perencana harus menentukan teknik silvikultur yang akan dilakukan. Beberapa teknik silvikultur yang biasa dilakukan adalah Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ), dan Tebang Habis Permudaan Buatan (TPHB). Teknik TPTI digunakan pada daerah hutan alam produksi dengan kondisi vegetasi yang masih rapat dan tinggi, sedangkan teknik TPTJ digunakan pada daerah hutan alam produksi yang sudah jarang/tidak rapat dan biasanya pada lokasi hutan yang sudah pernah ditanami oleh manusia. Kemudian teknik TPHB digunakan pada daerah yang direncanakan untuk ditebang habis yang nantinya akan dilakukan penanaman kembali tumbuhan pioner pertama kali kemudian ditanami tumbuhan yang toleran. Hal lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan teknik silvikultur adalah karakteristik hutan, alat yang akan digunakan, dan produktivitas hutan yang akan ditebang.
2.      Penentuan Sistem Pemanenan
Dalam tahap ini para perencana harus menentukan teknik pemanenan yang akan dilakukan. Beberapa teknik pemanenan yang biasa digunakan adalah teknik pemanenan manual, semi mekanis, dan mekanis. Dalam teknik manual, pemanenan biasa menggunakan alat-alat sederhana, seperti: kapak, sedangkan teknik pemanenan semi mekanis biasanya menggunakan alat-alat kombinasi antara kapak dan chain saw. Kemudian pada teknik mekanis, alat yang digunakan sudah bersifat mesin / menggunakan alat-alat bermesin, seperti: chain saw.
3.      Rencana Pembukaan Wilayah Hutan
Pada tahap ini para perencana diharuskan menentukan lokasi yang akan digunakan untuk tempat penyimpanan kayu sementara (TPN). Lokasi ini biasanya berupa lahan kosong dengan luasan yang disesuaikan pada kuantitas kayu yang akan ditebang. Selanjutnya adalah menentukan jalan sarad, pada jalan sarad ini diharuskan untuk mempertimbangkan aspek kerusakan lingkungan dan luasan lahan yang akan dibersihkan guna dipakai untuk jalan sarad. Hal terakhir yang harus ditentukan adalah jalan angkut yang akan dipakai untuk mengangkut kayu dari TPN menuju tempat penimbunan kayu (TPK).
4.      Penentuan Arah Rebah Pohon
Pada tahap ini hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa arah rebah yang akan ditentukan harus mempertimbangkan aspek keamanan dan keselamatan manusia (operator tebang), serta lebih baik arah rebah pohon mengarah ke arah rebah guna untuk mempermudah dalam proses penyaradan.  
5.      Penentuan Jumlah Pohon yang di tebang
Penentuan jumlah pohon yang akan ditebang diharuskan melihat kondisi pohon yang layak tebang menurut ukuran diameter pohon, tinggi batang utama, dan kesehatan pohon yang ada. Selain itu, hal lain yang harus dipertimbangkan adalah melihat volume pohon yang akan dihasilkan supaya dalam kegiatan pemanenan nanti tidak melebihi batas produksi yang diinginkan.
6.      Penentuan Rencana Produksi
Dalam tahap ini para perencana harus memperhatikan dan menghitung jumlah produksi yang akan dihasilkan. Aspek yang harus dihitung adalah mengenai lamanya waktu yang akan digunakan, jumlah alat yang akan dipakai untuk kegiatan penebangan, jumlah tenaga kerja yang akan ikut serta dalam kegiatan pemanenan, dan biaya yang dibuthkan selama proses kegiatan pemanenan, baik untuk biaya upah pekerja, konsumsi, biaya sewa alat, biaya bahan bakar, dan lain-lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger