Kamis, 15 Maret 2012

PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA


Kegiatan penanaman bibit yang siap tanam pada lokasi penanaman merupakan tahap kegiatan pembangunan hutan yang sangat penting karena menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan hutan. Akan tetapi, setelah penanaman dilakukan, perlu adanya suatu tindakan guna menjaga keberlangsungan dan kualitas hidup bibit yang ditanam yaitu pemeliharaan tanaman muda. Pemeliharaan tanaman muda dilaksanakan pada seluruh tanaman yang baru tanam pada lokasi penanaman yaitu ketika usia bibit sudah mencapai sekitar enam bulan dengan maksud untuk meningkatkan kualitas, pertumbuhan, dan persen hidup tanaman yang ditanam (BPTH Sulawesi, 2008). Dengan demikian, maka semua tindakan pemeliharaan yang dilakukan dalam kegiatan ini ditujukan untuk menciptakan kondisi lingkungan dan tempat tumbuh yang optimal bagi produktivitas dan kualitas tanaman. Sedangkan produktivitas tanaman lebih cenderung ditentukan oleh sifat genetik tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan tahapan kegiatan pemeliharaan tanaman muda yang hidup di areal penanaman dalam keadaan sehat dan segar, menurut BPTH Sulawesi (2008) adalah sebagai berikut :
1.1  Penyiangan
Penyiangan adalah suatu tindakan pembebasan tanaman pokok (tanaman utama) dari tanaman lain yang tidak diharapkan tumbuh yaitu spserti: belukar, gulma, dan tumbuhan pengganggu lainnya. Beberapa tanaman kehutanan merupakan jenis-jenis yang memerlukan cahaya dan kegiatan penanamannya akan berhasil apabila penyiangan dilakukan secara intensif. Oleh karena itu, harus dilakukan penyiangan terutama pada tahun pertama dan kedua setelah penanaman. Penyiangan biasanya dikerjakan sepanjang kiri-kanan larikan tanaman sebesar 50 cm.
Menurut Badan Litbang Kehutanan (1994) Penyiangan adalah penghilangan rumput atau tanaman liar di sekitar tanaman yang sedang kita rawat. Rumput atau tanaman liar perlu dihilangkan karena menimbulkan penghalangan tumbuhnya tanaman yang sedang kita rawat, kompetisi penyerapan hara, ruang, cahaya, dan CO2, penularan penyakit karena adanya rumput atau tanaman liar yang mempunyai penyakit sama dengan tanaman yang sedang kita tanam, pemakanan atau perusakan tanaman kita oleh serangga, karena ada rumput atau tanaman liar yang menjadi sarang atau tempat mencari makan serangga.
Kegiatan penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma pengganggu. Pengendalian gulma dikerjakan secara mekanis dengan menggunakan cangkul, sabit, atau parang dan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma baik daun lebar maupun daun jarum adalah Round Up. Tahapan dari kegiatan penyiangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1        Membersihkan jalur tanaman agar tanaman dapat dilihat dengan mudah.
2        Melakukan pemotongan liana, membersihkan rumput, semak, dan tumbuhan bawah lainnya.
3        Penyiangan dilakukan pada akhir musim hujan.
4        Melakukan penyiangan setiap 6 bulan sekali pada jalur tanam.
Selain itu, menurut BPTH Sulawesi (2009), tahapan kegiatan penyiangan yang harus dilakukan dengan pengaturan sebagai berikut:
1        Sampai umur 1 tahun penyiangan dilakukan setiap 3 bulan pada jalur tanaman.
2        Pada umur 1-2 tahun penyiangan dilakukan setiap 4 bulan pada jalur tanaman.
3        Pada umur 2-3 tahun penyiangan dilakukan setiap 6 bulan pada total areal tanaman.
4        Pada umur 3-4 tahun penyiangan dilakukan sekali dalam setahun pada total areal.
5        Pemulsaan dilakukan pada bekas penyiangan di bawah tajuk tanaman.
1.2  Pendangiran
Menurut BPTH Sulawesi (2009), Pendangiran merupakan kegiatan yang dilakukan bersamaan pada kegiatan penyiangan. Hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan ini adalah menggemburkan tanah di sekitar tanaman minimal sekeliling lubang tanam. Pendangiran hanya dilakukan bilamana kondisi tanah yang padat atau berdrainase jelek. Dengan catatan mendangir di sekitar piringan dengan berjari-jari 0,5 meter. Adapun kegiatan pendangiran dilakukan untuk memperbaiki aerasi dan kelembaban tanah disekitar tanaman pokok. Kegiatan pendangiran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1        Membersihkan vegetasi pengganggu di sekitar tanaman pokok dengan jarak radius 100 cm.
2        Mencangkul tanah di sekitar tanaman pokok dengan diameter 100 cm dan kemudian menggemburkan tanah disekitarnya.
3        Peralatan yang digunakan antara lain adalah sabit / parang, cangkul, sprayer dll.
1.3 Pemupukan
Kegiatan pemupukan adalah suatu tindakan pemberian pupuk atau suatu zat tertentu yang dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan awal dan memacu pertumbuhan tanaman yang kurang baik akibat kekurangan unsur hara. Pemupukan diharapkan efektif karena dilakukan ketika sumber benih masih muda (berumur kurang dari 3 tahun). Pemupukan akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan vigor tegakan, dan selanjutnya diharapkan akan mempercepat pembungaan dan pembuahan. Pemupukan biasanya dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK tablet. Dosis pupuk NPK tablet adalah sebanyak 4 tablet atau setara dengan 40 gr/ pohon. Pemupukan dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan pendangiran agar tidak ada rumput atau gulma di sekitar batang tanaman. Pupuk diberikan di antara batang dan tajuk terluar sebanyak 4 tablet pupuk per pohon secara tersebar di dekat perakaran atau sedalam 5 - 10 cm dari permukaan tanah (Badan Litbang Kehutanan, 1994).
1.4  Penyulaman
Pada umumnya biji atau bibit yang ditanam di lapangan terutama pada tahun-tahun pertama akan selalu terjadi kematian bibit atau tidak tumbuhnya biji yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor iklim (curah hujan) yang sulit dikontrol, kualitas bibit/biji yang jelek dan kerusakan bibit waktu penanaman. Penyulaman merupakan usaha penggantian tanaman yang mati dengan tanaman yang baru sehingga diperoleh jumlah tanaman yang sesuai tanpa mengurangi ataupun menambah jumlah tanaman yang ada per satuan luas. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati dan diganti dengan bibit yang berasal dari famili yang sama. Oleh karena itu kegiatan penyulaman perlu dilakukan pada tahun-tahun tersebut. Sedangkan pada tahun berikutnya terutama setelah umur tanaman di atas 3 tahun walaupunmasih terjadi kematian bibit, penyulaman bibit yang mati tidak perlu dilakukan lagi.
Sebagai pertimbangannya menurut BPTH Sulawesi (2008) adalah bibit sulaman akan ketinggalan pertumbuhannya dan pohon yang terlambat pertumbuhannya akan ditebang pada saat penjarangan tegakan yang pertama. Apabila tidak tesedia, maka penyulaman tidak dilaksanakan. Tidak semua tanaman yang mati bisa disulam karena terbatasnya bibit yang tersedia untuk sulaman dan tidak semua famili tersedia bibit sulaman. Penyulaman dilakukan pada tahun pertama selama musim hujan. Tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit dari persemaian dan diulang selama hujan masih cukup. Apabila lahan di sekitar tanaman sangat terbuka maka dapat diberi mulsa. Tata cara pelaksanaan kegiatan penyulaman yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Melakukan inventarisasi pada seluruh tanaman / bibit yang sudah ditanam per blok di seluruh areal penanaman.
2.      Menandai posisi tanaman yang mati dan yang hidup per plot dalam tiap blok pada peta tata letak penanaman. Hal ini untuk memudahkan dalam penghitungan tanaman mati dan tanaman hidup per famili dalam plot pada tiap blok dan memudahkan dalam kegiatan penyulaman.
3.      Melakukan penyulaman pada tanaman yang mati sesuai dengan nomor familinya.
4.      Memasang label baru dari plastik yang ditulisi nomor famili dan diikatkan pada batang tanaman.
1.5 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Menurut Badan Litbang Kehutanan (1994), tindakan yang paling menguntungkan dari kegiatan ini adalah mencegah penularan hama dan penyakit yang menyerang tanaman muda. Cara pencegahannya antara lain dengan cara fisik atau cara kimiawi. Namun demikian harus selalu diupayakan agar nilai ambang ekonominya tidak terlalu membahayakan tanaman. Kegiatan ini dilaksanakan terbatas pada tanaman yang terserang hama dan penyakit saja. Pestisida yang biasa digunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit adalah Malathion atau Benzena Hexachlorida (BHC), Fumigants dan Natrium Arsenit. Cara penggunaan pestisida sebagai berikut:
1.      Semprotkan larutan insektisida pada daun dengan larutan Malathion atau Benzena Hexachlorida (BHC).
2.      Semprotkan bahan fungisida ke dalam tanah (Fumigants) untuk memberantas rayap.
3.      Untuk memberantas jamur karat, balurkan cairan Natrium Arsenit.
Pestisida hendaknya tidak diberi secara rutin dalam rangka pencegahan hama karena pemberian pestisida demikian memungkinkan dapat mematikan polinator atau serangga menguntungkan lainnya, Selain itu dapat menyebabkan keracunan bagi manusia dan lingkungan. Pemeliharaan sumber benih ditujukan untuk meningkatkan kualitas, pertumbuhan, dan persen hidup tanaman dalam kebun benih yang baru dibangun. Dengan demikian, maka semua tindakan pemeliharaan hendaknya merupakan usaha yang ditujukan untuk menciptakan kondisi lingkungan dan tempat tumbuh atau faktor luar yang optimal bagi produktifitas dan kualitas sumber benih. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi produktifitas sumber benih berasal dari tanaman itu sendiri yang lebih cenderung ditentukan oleh sifat genetik. Tahapan dari kegiatan pemberantasan hama dan penyakit menurut BPTH Sulawesi (2009) adalah:
1.      Monitoring hama dan penyakit di sumber benih. Kegiatan ini dilakukan secara teratur satu kali sebulan oleh mandor pengawas untuk memonitor adanya hama dan penyakit.
2.      Pemberantasan hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan untuk melindungi dan memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman dalam sumber benih, sehingga tanaman di dalam sumber benih tersebut tetap sehat. Frekuensi kegiatan ini dapat berulang kali tergantung dari kebutuhan.
3.      Dari hasil monitoring, apabila intensitas serangan hama dan penyakit sangat kecil, yaitu hanya menyerang sedikit tanaman, keadaan ini tidak mengancam tegakan, maka pengendaliannya cukup secara fisik. Hama yang ada dimusnahkan dan daun yang terserang dipetik, dikumpulkan dan dibakar.

1.6  Pemangkasan
Pada tanaman pertanian dan kehutanan dikenal minimal dua macam pemangkasan yaitu: topping (pangkas pucuk) dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwilan). Pangkas pucuk maupun wiwilan pada tanaman bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwilan biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan wiwilan dilakukan 3 sampai 5 hari sekali pada saat panjang tunas samping sekitar 7 cm. Pangkasan wiwilan saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan sucrisida pada tanaman dapat memberikan hasil yang lebih baik (BPTH Sulawesi, 2008).
Menurut Badan Litbang Kehutanan (1994), Pemangkasan adalah penghilangan beberapa bagian tanaman. Dalam suatu kebun hal ini biasanya berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang berpenyakit, tidak produktif, atau yang tidak diinginkan. Secara alami, kondisi-kondisi alam seperti angin, salju, atau kabut dari air laut dapat mengakibatkan pemangkasan alami. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk membentuk tanaman dengan cara mengontrol atau mengarahkan pertumbuhan tanaman, untuk menjaga kesehatan tanaman, atau untuk meningkatkan hasil atau kualitas buah atau bunga yang dihasilkan.
Secara umum, semakin kecil luka yang diakibatkan (semakin kecil ranting yang dipotong), semakin kecil pula luka yang dialami oleh pohon. Maka dari itu biasanya lebih baik sebuah pohon dipangkas ketika masih remaja, daripada memangkas dahan pohon yang sudah dewasa. Jika sebuah pohon yang kecil dipangkas dengan salah dan rantingnya patah, hal tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian yang banyak. Ada banyak teknik untuk memangkas jenis tanaman yang berbeda, termasuk mawar-mawaran, semak-semak, pohon buah, atau pohon lainnya. Dalam praktik kehutanan dikenal beberapa macam pemangkasan: pemangkasan bentuk (pollarding), pemangkasan pangkal (coppicing), dan pemangkasan pemeliharaan (BPTH Sulawesi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersial. Jakarta: Departemen Kehutanan RI c.q Badan LITBANG.

BPTH Sulawesi. 2008. Pemeliharaan Demo Plot Stand Nyatoh Tahun I di Kab. Minahasa Selatan, Prov. Sulawesi Utara. Makassar: Balai Perbenihan Tanaman Hutan-Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara.

BPTH Sulawesi. 2009. Rencana Kerja Pemeliharaan Tegakan Benih Semai Nyatoh (Palaquium sp.) di Kab. Minahasa Selatan, Prov. Sulawesi Utara. Makassar: Balai Perbenihan Tanaman Hutan-Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara.
e='fo $i e �x� � ine-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";color:black;mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:IN'>dan bahan yang akan digunakan dalam perhitungan kepadatan tanah dipersiapkan.
2.      Tancapkan tiga buah pipa paralon tadi ke dalam tanah sekitar kedalaman 3 cm dari permukaan pada lokasi tanah yang tidak bervegetasi.
3.      Isi pipa tersebut dengan air sampai ketinggian tertentu dengan tidak melebihi tinggi pipa.
4.      Amati dan catat setiap perubahan ketinggian air tadi yang masuk ke dalam tanah (infiltrasi) pada menit ke- 5, 10, 15, 20, 25, 30 , …., ke-n sampai perbedaan ketinggian yang didapat konstan sebanyak tiga kali ulangan.
5.      Hitunglah laju infiltrasi dari tiga pipa tadi dengan menggunakan rumus yang ada sesuai lokasi yang digunakan pengamatan.
6.      Cabut dan pindahkan ketiga pipa tadi ke lokasi yang bervegetasi.
7.      Tancapkan kembali seperti yang awal tadi ketiga buah pipa paralon tadi ke dalam tanah sekitar kedalaman 3 cm dari permukaan pada lokasi tanah yang bervegetasi.
8.      Isi pipa tersebut dengan air sampai ketinggian tertentu dengan tidak melebihi tinggi pipa.
9.      Amati dan catat setiap perubahan ketinggian air tadi yang masuk ke dalam tanah (infiltrasi) pada menit ke- 5, 10, 15, 20, 25, 30 , …., ke-n sampai perbedaan ketinggian yang didapat konstan sebanyak tiga kali ulangan.
10.  Hitunglah laju infiltrasi dari tiga pipa tadi dengan menggunakan rumus yang ada sesuai lokasi yang digunakan pengamatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger