Kamis, 15 Maret 2012


Mata Kuliah: Perlindungan Hutan
Hari / Tanggal: 27 Februari 2011
Kelas: Manajemen Hutan

KONSEP SEGITIGA API DALAM PROSES PEMBAKARAN DAN PEMINDAHAN PANAS

Oleh:
Jajang Roni A. Kholik

Dosen Praktikum:
Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si


ipb_logo.png



DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
            Di bidang kehutanan kita sebagai seorang rimbawan, kita tidak hanya dituntut untuk membangun hutan, tetapi juga melihara, dan melindunginya. Namun, kali ini kita menitik beratkan pada kegiatan melindungi hutan terhadap kerusakannya. Kerusakan hutan itu bisa disebabkan oleh ulah tangan jahil manusia maupun secara alami.
            Dalam hal kerusakan hutan yang disebabkan terjadinya kebakaran hutan, bisa terjadi akibat ulah manusia maupun secara alami. Karena kebakaran itu disebabkan oleh unsur panas, bahan bakar dan oksigen. Oleh karena itu perlu pengenalan kepada tiga unsur tersebut, untuk menangani atau mencegah terjadinya kebekaran hutan. Untuk terjadinya suatu nyala api dibutuhkan api, bahan bakar, dan oksigen. Hal ini disebut segitiga api. Jika salah satu unsur dikendalikan/dihilangkan maka kelak tidak akan terjadi kebakaran.
            Praktikum juga harus mempelajari macam-macam pemindahan panas, karena dengan mengenal macam-macam pemindahan panas seperti Konveksi, Konduksi, dan Radiasi kita dapat mencegah dan menangani kebakaran hutan secara tepat.
            Oleh karena itu praktikan harus mengenal dan memahami segitiga api dan pemindahan panas, diharapkan dapat menangani dan mencegah kebakaran secara tepat.
B. Tujuan
1.      Untuk membuktikan bahwa untuk terjadinya proses pembakaran harus tersedia ke tiga unsur bahan baku proses pembakaran yaitu: sumber panas, oksigen dan bahan bakar.
2.      Untuk menentukkan macam-macam cara pemindahan panas suatu proses pembakaran.




II. TINJAUAN PUSTAKA

            Api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi kimia lainnya. Api juga berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
            Nyala api yang tampak adalah zat yang sedang berpijar dalam proses:
·         Reaksi kimia
·         Oksidasi
·         Eksothermal
            Secara umum terdapat 3 macam api, yaitu api berwarna merah, biru, dan putih. Api berwarna merah bersuhu kurang dari 1000̊C karena berasal dari pembakaran yang tidak sempurna. Api berwarna biru bersuhu kurang dari 2000̊C karena berasal dari pembakaran sempurna. Api berwarna putih adalah yang terpanas karena bersuhu lebih dari 2000̊C dan berada di dalam inti matahari yang muncul akibat reaksi fusi oleh matahari.
            Segitiga api adalah susunan tiga unsur penyusun api, yaitu bahan bakar, panas dan oksigen. Bahan bakar adalah semua bahan baik padat, cair, dan gas yang mudah terbuka. Oksigen adalah unsur kimia yang sangat penting agar api bisa terbentuk. Panas adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu dan dapat diperoleh dari gesekan, sinar matahari atau tenaga listrik. (Chang, 2006)
            Pembakaran adalah suatu runutan reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar atau api. (Chang, 2006).
            Dalam suatu reaksi pembakaran lengkap, suatu senyawa bereaksi dengan zat pengoksidasi, dan produknya adalah senyawa tiap elemen dalam bahan bakar dengan zat pengoksidasi. Contoh: CH4 + 2O2 = CO2 + 2H2O + Panas. Terdapat 2 macam pembakaran sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran sempurna adalah suatu proses pembakaran dimana semua unsur atau senyawa pembentuk terbakar dan tidak ada yang tersisa sedangkan pembakaran tidak sempurna adalah suatu proses pembakaran dimana masih ada unsur atau senyawa pembentuk yang masih tersisa karena tidak terbakar. (Chang, 2006)
            Pemindahan panas adalah suatu proses distribusi panas dari suatu tempat ke tempat yang lain. Terdapat 3 macam pemindahan panas, yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi. Konveksi adalah perpindahan panas melalui gas, contoh ketika memasak air. Konduksi adalah perpindahan panas melalui medium benda padat, contoh panas yang pindah dari ujung besi yang satu ke ujung lainnya. Radiasi adalah perpindahan panas melalui gelombang elektromagnetik, contoh kalor yang berpindah dari matahari menuju bumi (Frederick dan Eugene, 2006)





















III. METODE PRAKTIKUM

3.1.      Hari/Tanggal   : Rabu/ 23 Februari 2011
            Waktu             : 10.00-13.00 WIB
            Tempat            : Lab. Kebakaran Hutan 301
3.2.      Bahan dan Alat
            3.2.1. Konsep segitiga api dalam proses pembakaran
1.      Gelas ukur 200 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml
2.      Lilin
3.      Korek api
4.      Alat pengukur waktu
5.      Penggaris
6.      Cutter (jika diperlukan)
            3.2.2. Pemindahan panas
1.      Lampu teplok
2.      Korek api
3.      Alat pengukur waktu
3.3.      Prosedur
            3.3.1. Konsep segitiga api dalam proses pembakaran
1.      Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
2.      Pastikan panjang sumbu lilin 0,5-1 cm
3.      Nyalakan lilin, tunggu hingga lilin stabil menyala
4.      Tutup lilin yang sudah menyala dengan gelas ukur
5.      Hitung waktu lamanya lilin menyala sampai mati
6.      Dinginkan gelas yang telah digunakan
7.      Lakukan ulangan sebanyak 3 kali untuk semua gelas ukur dengan gelas yang sudah di dinginkan terlebih dahulu
8.      Hitung rata-rata waktu lamanya lilin menyala
9.      Buat grafik hubungan antara volume gelas ukur dengan lamanya lilin menyala.
            3.3.2. Pemindahan Panas             
1.      Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
2.      Pastikan penutup lampu teplok dalam keadaan tidak basah
3.      Bagi lampu teplok menjadi 3 bagian yaitu bagian A adalah bagian bawah, bagian B adalah bagian tengah, dan bagian C adalah diatas ujung penutup lampu teplok
4.      Nyalakan lampu teplok dan atur nyala api tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
5.      Pegang bagian A dan B lampu teplok dengan tangan
6.      Letakkan tangan praktikan (teman) yang lain di bagian C lampu teplok untuk merasakan perubahan panas yang terjadi
7.      Tahan sampai tangan tidak kuat lagi memegang lampu teplok yang memanas pada bagian A dan B
8.      Hitung lamanya waktu tangan memegang lampu teplok sampai melepasnya
9.      Tentukan jenis pemindahan panas yang terjadi pada ketiga bagian lampu teplok

















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
        4.1.1.Segitiga Api

Volume Gelas
Lama Lilin Menyala (detik)
Rata-Rata (detik)
1
2
3
200 ml
6,78
6,38
5,87
6,343
300 ml
10,15
10,19
9,97
10,103
500 ml
16.50
17,94
16,53
16,99
1000 ml
26,53
25,50
26,15
26,09



       4.1.2 Grafik hubungan lama nyala lilin terhadap volume udara.








            4.1.2. Pemindahan panas

Titik pengamatan
Jenis pemindahan panas
Keterangan
A
Konduksi, Radiasi
1 menit 4,37 detik
B
Konveksi, Radiasi, Konduksi
17,79 detik
C
Konveksi
Panas

4.2  Pembahasan
Untuk menimbulkan nyala api diperlukan unsur-unsur seperti sumber panas, bahan bakar, dan oksigen, dimana ketiga komponen tersebut disebut segitiga api. Jika salah satu unsur tersebut dihilangkan maka api tidak akan terbentuk. Dengan demikian, untuk membatasi atau mencegah terjadinya kebakaran kita cukup menghilangkan salah satu unsur segitiga api.
Praktikum kali ini praktikan membuktikan pengaruh ketersediaan udara (oksigen) terhadap nyala api dan adapun alat yang digunakan untuk membatasi suplai udara terhadap nyala api adalah gelas dengan berbagai ukuran (200ml,300ml,500ml,1000ml). Karena sifat udara, yaitu selalu mengisi ruang sesuai dengan volume ruangnya. Maka volume udara selalu akan sama dengan volume wadahnya (gelas). Tiap-tiap gelas yang digunakan untuk menutup nyala lilin memberikan pengaruh yang berbeda, terbukti bahwa gelas dengan volume terkecil (200ml) dapat membuat nyala api pada lilin lebih cepat padam dengan catatan waktu rata-rata 6,343 detik, dibandingkan dengan gelas yang lain yang berukuran lebih besar dengan catatan waktu  >10 detik. Hal ini dikarenakan minimnya ketersediaan oksigen, sehingga oksigen habis dan terkonversi menjadi karbon dioksida (CO2) yang merupakan racun api, maka dapat mempercepat padamnya api. Selain itu, panjang sumbu lilin juga mempengaruhi besarnya nyala api dengan demikian dapat mempengaruhi lajunya konversi oksigen menjadi karbon dioksida. Sehingga dapat mempengaruhi lamanya nyala api. Panjang sumbu yang ideal untuk praktikum ini berukuran 0,5-1cm.
Kendala yang dihadapi pada praktikum segi tiga api ini adalah kesalahan pada perhitungan waktu yang kurang akurat dan penggunaan gelas yang masih sedikit panas sehingga mempengaruhi volume udara di dalam gelas tersebut, karena udara akan mengembang jika menerima panas. Dengan mengembangnya udara di dalam gelas, akan menyebabkan kadar atau massa jenis udara di dalam gelas menjadi rendah. Hal ini akan berpengaruh pada suplai oksigen pada api dan menyebabkan api lebih cepat padam.
Grafik yang dihasilkan dari data yang sudah diolah menunjukkan bahwa pengaruh volume berbanding lurus terhadap waktu. Semakin besar volume gelas maka semakin lama pula waktu api menyala. Hal ini di tunjukkan oleh nilai dari koefisien arah regresi sebesar positf 0.024 dan koefisien determinasi sebesar 96.96% bahwa penambahan jumlah atau peningkatan volume udara akan berpengaruh positif dan berbanding lurus pada lamanya nyala api.
Praktikum kedua yang praktikan lakukan adalah mengenai perpindahan panas yang terjadi pada lampu teplok. Perpindahan panas terbagi menjadi tiga macam, yakni konduksi, konveksi dan radiasi. Dalam kondisi normal lampu teplok dapat mengalami ketiga macam perpindahan panas tersebut, namun ketiganya terjadi di bagian lampu teplok yang berbeda dan besar pengaruh yang berbeda pula. Pada bagian bawah (A) lampu teplok mengalami perpindahan secara radiasi dan konduksi. Namun, pada bagian bawah lampu teplok yang memiliki pengaruh yang terbesar adalah radiasi, sedangkan yang berpengaruh lagi adalah aliran panas secara konduksi, pengaruh konduksi yang kecil disebabkan karena sifat hantar panas kaca yang jelek.
Pada bagian tengah atau leher penutup lampu teplok terjadi perpindahan panas secara konveksi, konduksi, dan radiasi secara bersamaan, namun besarnya pengaruh dari masing-masingnya berbeda. Pengaruh yang terbesar berasal dari aliran panas secara konveksi, kemudian konduksi, dan terakhir radiasi. Serta pada bagian atas mulut lampu teplok terjadi perpindahan panas secara konveksi.
Perambatan panas yang tercepat terjadi pada leher lampu teplok (B), terbukti bahwa dalam catatan waktu 17,79 praktikan tidak dapat lagi menahan panasnya penutup lampu teplok, dibandingkan dengan bagian bawah (A). Hal; ini membuktikan bahwa dalam kebakaran perpindahan panas yang sangat berpengaruh adalah permindahan panas secara konveksi
Kendala yang dihadapi pada praktikum kedua ini adalah kurangnya keakuratan penghitungan waktu dan kesensitivan antara tangan kanan dan kiri yang berbeda. Namun, sangat dianjurkan agar praktikan yang memegang lampu teplok dianjurkan hanya satu orang hal ini agar data yang diperoleh lebih akurat.





















V. KESIMPULAN
            Praktikan telah membuktikan bahwa untuk terjadinya proses kebakaran harus tersedia ke tiga unsur yang disebut segitiga api yaitu bahan bakar, sumber panas, dan oksigen. Praktikan telah membuktikan bahwa dengan tidak adanya oksigen sebagai salah satu dari unsur segitiga api makanya proses pembakaran tidak akan terjadi.
            Praktikan juga telah mengamati macam-macam pemindahan panas suatu proses pembakaran yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi. Pada proses pembakaran perpindahan panas yang memiliki peran terbesar adalah perpindahan panas secara konveksi. Hal ini dapat dibuktikan pada praktikum yang telah di lakukan.





















DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2006. Kimia Dasar. Edisi ketiga jlid 2. Jakarta: Erlangga.
Frederick JB, Eugene H. 2006. Fisika Universitas. Edisi kesepuluh. Jakarta:    Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger