Mata
Kuliah: Ilmu Ukur Tanah
|
Hari/tanggal
|
:
Selasa, 7 November 2010
|
|
dan
Pemetaan Wilayah
|
Waktu
|
:
07.00-15.00 WIB
|
|
|
Tempat
|
:
Hutan Cangkurawok
|
|
|
Kelompok
|
:
3 (tiga)
|
|
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PEMBUATAN PETA KONTUR
Disusun
oleh :
Jajang
Roni A. Kholik (E14090090)
|
Hastuti
Dyah Prajna (E14090024)
|
||
Juanda
(E14090003)
|
Boy
Tantri Tarigan (E14090004)
|
||
Fatih
Mulia Utama (E14090030)
|
Widi
Elita Hardianti (E14090054)
|
||
Niken
larasati (E14090070)
|
Elvira
Novizar (E14090121)
|
||
M.
Panji Solihin (E140900131)
|
|||
Dosen
:
Endim Dimyana B., Sc. F.
Asisten
:
Muhammad
Fajar (E2403074)
|
Rama
Aditya Kusuma (E14070076)
|
I
Putu Arimbawa Pande (E14070015)
|
M.
Amar Syakir (E14070047)
|
Monika
Turana (E14070070)
|
Finny
Noviantiny (E14070014)
|
Januar
Satya Nugraha (E14061679)
|
Frensi
Firma (E14070001)
|
DEPARTEMEN
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2010
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Masa
pembangunan dewasa ini, ketersediaan peta menjadi suatu hal yang tidak dapat
ditinggalkan, terlebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana kemajuan di bidang
ilmu teknologi yang demikian pesat, teknik pemetaan pun sudah sedemikian
berkembang, baik dalam hal teknik pengumpulan data maupun proses pengolahan dan
penyajian baik secara spasial maupun sistem informasi kebumian lainnya.
Pemetaan teristris adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan
di permukaan bumi dengan peralatan tertentu. Teknik pemetaan mengalami
perkembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi. Dengan
perkembangan peralatan ukur tanah secara elektronis, maka proses pengukuran
menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Setiap teknik
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam pemilihannya
sangat bergantung dengan tujuan pemetaan, tingkat kerincian obyek yang harus
disajikan, serta cakupan wilayah yang akan dipetakan. Dalam pengukuran di
lapangan menggunakan peralatan pengukuran, seperti : teodolit, rambu ukur, pita
ukur, dan lain lain. Agar pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta,
setelah semua data dihitung, meliputi perhitungan koordinat (x;y), titik-titik
kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian titik-titik poligon (z),
sudut arah dan jarak titik-titik detil serta ketinggiannya. Langkah selanjutnya
penggambaran dengan garis kontur.
1.2 Tujuan
Praktikum pembuatan
peta kontur bertujuan untuk :
1.
Mengukur suatu wilayah dengan
menggunakan beberapa metode seperti : metode poligon tertutup, poligon terbuka,
dan metode polar.
2.
Melakukan perhitungan data hasil
pengukuran.
3.
Membuat peta kontur wilayah yang telah
diukur.
4.
Menentukan kelerengan kontur pada peta
kontur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa metode
penarikan garis kontur, antara lain metode langsung, yaitu : titik-titik yang sama
tinggi di lapangan secara langsung oleh alat penyipat datar, rambu ukur, dan
patok-patok yang jumlahnya banyak. Cara ini kurang praktis dan membutuhkan
waktu yang banyak di lapangan. Metode tidak langsung, yaitu digambar atas dasar
ketelitian detail hasil plotting yang tidak merupakan kelipatan dari interval kontur
yang diperlukan, sehingga diperlukan penentuan posisi titik-titik yang
mempunyai ketinggian kelipatan dari interval kontur. (Basuki 2006)
Menurut Basuki (2006),
metode tidak langsung dapat dilakukan dengan metode matematis dengan
menggunakan interpolasi linier, interpolasi yang sebanding dengan jaraknya.
Perhitungannya sangat tepat dan diperlukan alat bantu hitung kalkulator. Metode
semi segitiga menggunakan mistar segitiga dengan ada angka pembagian sampai
millimeter atau alat interpolasi radialgraph yang terbuat dari kertas
transparan. Metode grafis digunakan untuk peta-peta skala menengah dan kecil.
Cara metode ini memberi angka ketinggian pada setiap garis kontur dan setiap
lima buah kontur atau angka kelipatan tertentu garis kontur dibuat agak tebal.
Untuk menghindari kesalahan morfologi dari garis kontur, distribusi dari detail
ketinggian harus disesuaikan dengan kondisi topografi medan dan skala peta yang
dibuat. Apabila medan bergelombang, maka untuk medan yang beda tingginya lebih
besar daripada besarnya kontur interval harus diukur, namun pada medan
kemiringannya seragam cukup diukur pada awal dan akhir kemiringan tersebut
walaupun jaraknya cukup jauh.
Garis kontur mempunyai
arti yang penting bagi perencanaan rekayasa, karena dari peta kontur dapat
direncanakan, antara lain : penentuan rute, saluran irigasi, bentuk irisan,
tampang pada arah yang dikehendaki, gambar isometrik dari galian/timbunan,
besar volume galian/timbunan, penentuan batas genangan pada waduk, dan arah
drainase. (Basuki 2006)
Agar pengukuran dapat
diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data di lapangan dihitung, meliputi
perhitungan koordinat (x,y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon),
perhitungan ketinggian titik-titik poligon dari pengukuran sipat datar,
penarikan garis-garis kontur, dan editing. (Basuki 2006)
Kesalahan yang terjadi
pada saat penggambaran peta adalah kesalahan plotting titik kontrol, ketelitian
yang diisyaratkan sebesar 0,1 mm. Ketelitian penggambaran peta yang disebabkan
oleh alat-alat penggambaran diusahakan tidak melebihi 0,2 mm. (Basuki 2006)
Pengukuran detil
merupakan pekerjaan dimana posisi bentuk-bentuk planimetris dan garis-garis kontur
berdasarkan pada titik-titik kontol tertentu. Gambar detil dibuat disekitar
titik-titik kontrol tertentu. Gambar detil dibuat di sekitar titik-titik
kontrol pembantu, yang akhirnya pengukuran detail dari gambar tersebut. (Basuki
2006)
Bentuk permukaan tanah
dapat dinyatakan dengan susunan garis-garis lengkung horizontal dengan interval
tinggi tertentu. Elevasi lapangan dapat diukur dengan garis-garis lengkung
horizontal. Peta-peta topografi mempunyai ketinggian garis-garis lengkung
horizontal yang sama disebut jarak antara garis-garis lengkung horizontal.
(Sastrodarsono, 2005)
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu
dan tempat praktikum
Praktikum pembuatan peta kontur dilaksanakan pada tanggal 7 November 2010 yang dimulai pada pukul 07.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium LPPU-Departemen Manajemen
Hutan dan Hutan Pendidikan Cangkurawok.
3.2 Alat
dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a.
Theodolit
b.
Patok
(ukuran lebar 5 dan cm panjang 15 cm)
c.
Pita
ukur
d.
Kompas
e.
Rambu
ukur
f.
Parang
g.
Senter
h.
Payung
Sedangkan bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah:
a.
Lokasi Hutan Pendidikan Cangkurawok
b.
Alat
tulis
c.
Tally sheet
3.3 Prosedur
praktikum
1.
Mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2.
Menentukan
dan
menandai titik-titik
pada lokasi Hutan
Pendidikan Cangkurawok yang akan digunakan sebagai titik-titik
poligon,
serta menandai titik bantu yang berada pada poligon tersebut.
3. Melakukan sentering, mendatarkan, dan mengkalibrasi alat
theodolit pada titik pertama yaitu dengan cara sebagai
berikut:
·
Sentring :
a.
Buka ketiga klem kaki statip, dirikan
statip diatas patok dengan merentangkan ketiga kaki hingga ketiga ujung kaki
statip membentuk segitiga sama sisi dengan patok sebagai pusatnya.
b.
Tarik statip bagian atas hingga tinggi
kepala statip kira-kira sedikit dibawah dada dan kepala statip mendatar.
Kokohkan statip dengan menginjak pijakan dibagian bawah statip, Kemudian
kencangkan ketiga baut statip.
c.
Pasang instrumen diatas statip,
hubungkan dengan cara memutar baut instrumen dilubang dratnya pada plat dasar
instrumen.
d.
Perhatikan apakah ujung patok terlihat
pada alat sentering optik.
e.
Kencangkan baut instrumen secukupnya.
·
Mendatarkan alat :
Atur
gelembung nivo kotak dan nivo tabung agar berada tepat di tengah-tengah nivo.
·
Mengkalibrasi alat :
a.
Mencari utara magnet bumi dengan kompas.
b.
Kalibrasi alat dengan membuat sudut
horizontal 0°00ˈ00ˈˈ dan sudut vertical 90°00ˈ00ˈˈ.
4.
Melakukan
bidikan pertama yaitu ke arah titik pasti, bidik ke arah rambu
meter yang didirikan pada titik pasti kemudian amati dan catat sudut horizontal
(RB), sudut vertikal, batas bawah garis bidik
batas tengah garis bidik,
dan batas atas garis bidik,
kemudian ukur dan catat jarak datar dengan cara mengukur jarak mendatar
menggunakan pita ukur.
5.
Theodolit pada titik pertama jangan
dipindahkan dahulu karena akan digunakan untuk membidik ketitik kedua. Amati
dan catat sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas
bawah garis bidik, serta ukur dan catat jarak datar dengan cara mengukur jarak
mendatar menggunakan pita ukur.
6.
Pindahkan theodolit ke titik dua,
lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan kearah titik satu, amati
dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas
tengah garis bidik, dan batas bawah garis bidik.
7.
Kemudian bidik kearah titik tiga (kearah
rambu meter yang sudah ditandai) amati dan catat sudut horizontal (RM), sudut
vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan batas tengah
garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.
8.
Pindahkan theodolit ketitik tiga,
lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan kearah titik dua, amati
dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis bidik,batas
tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik. Titik tiga ini merupakan titik
awal poligon tertutup. Ukur juga sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas
atas garis bidik, batas tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik pada
titik bantu pertama (untuk mengetahui beda tinggi dua titik).
9.
Kemudian bidik kearah titik empat
(kearah rambu meter yang sudah ditandai) amati dan catat sudut horizontal (RM),
sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan batas
tengah garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.
10. Lakukan
langkah-laangkah yang sama pada titik-titik poligon selanjutnya. Lakukan
pengukuran juga jika ada titik bantu (amati dan catat sudut horizontal (RM)),
sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas tengah garis bidik dan batas
bawah garis bidik pada titik bantu (untuk mengetahui beda tinggi dua titik).
11. Pada
saat telah kembali ke titik tiga maka lakukan pengukuran juga kembali kearah
titik empat agar poligon tertutup sempurna.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.2
Pembahasan
Praktikum pembuatan
kontur merupakan praktikum terakhir yang dilakukan pada mata kuliah ilmu ukur
tanah dan pemetaan wilayah. Praktikum kali ini, yaitu praktikum yang
menggunakan beberapa metode dalam proses pengukuran, seperti : metode polar,
metode poligon tertutup, dan metode poligon terbuka. Akhir dari praktikum kali
ini yaitu pembuatan peta kontur.
Kontur adalah garis
khayal yang menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama dari
bidang referensi tertentu, umumnya bidang yang digunakan adalah permukaan air
laut. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur
adalah jarak vertikal antara dua garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan
skalanya. Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk suatu permukaan lahan yang
sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal,
kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Garis kontur
menunjukkan tinggi suatu tempat di atas permukaan laut, menunjukkan bentuk
relief, menunjukkan bentuk lereng. Fungsi garis kontur di bidang kehutanan
dapat menunjukan rute jalan/irigasi, arah drainase, bentuk irisan atau tampang
pada arah yang dikehendaki.
Peta kontur itu sendiri
merupakan peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi yang
bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Peta kontur merupakan
salah satu contoh dari peta khusus atau peta tematik. Ada beberapa
karakteristik garis-garis kontur, yaitu garis yang tertutup, tidak berpotongan,
berhimpit pada tempat lereng tegak, kondisi normal ketinggiannya semakin naik,
dan meruncing ke arah hulu. Interpretasi peta kontur memberikan informasi tentang
ketinggian tempat, bentuk lereng (apakah berbentuk cekung, cembung, atau
seragam ?), serta juga dapat menunjukkan kemiringan lereng (apakah lereng
tersebut landai atau terjal ?).
Selain itu dari peta
kontur juga dapat digunakan untuk menentukan inversibility atau daerah yang
tampak yang diperoleh dari pembuatan profil atau diagram penampang. Profil atau
penampang adalah gambaran kenampakan suatu daerah apabila dipotong secara
vertikal oleh bidang tegak lurus terhadap permukaannya. Berdasarkan gambar peta
yang terdapat pada lampiran, terlihat bahwa semakin rapat garis antarkontur,
maka kemiringan lereng semakin terjal. Sebaliknya, semakin jarang garis
antarkontur, maka kemiringan lereng semakin landai.
Selain untuk mengetahui kemiringan lereng, identifikasi
tentang garis kontur juga dapat untuk mengetahui bentuk lereng. Berdasarkan
bentuknya, lereng dapat berbentuk seragam, cekung, ataupun cembung. Lereng
dapat pula berbentuk tegak lurus atau tebing, sehingga bila digambarkan
menunjukkan garis kontur yang saling berimpit.
Praktikum kali ini
dimulai dengan menggunakan metode poligon terbuka. Untuk mencapai titik pertama
poligon tertutup dari titik acuan menggunakan poligon terbuka yang hanya
menggunakan beberapa titik saja. Kemudian untuk mengukur sebagian luas hutan
cangkurawok dalam praktikum ini menggunakan metode poligon tertutup. Pada
metode poligon tertutup digunakan 23 titik sehingga poligon dapat tertutup. Dan
untuk membantu digunakan titik-titik detail terutama pada medan-medan yang
ketinggiannya terjal. Titik-titik detail tersebut nantinya akan digunakan untuk
membuat garis-garis kontur pada peta.
Pada
metode poligon yang diukur adalah jarak dan sudut dengan menggunakan pita ukur
dan teodolit. Dengan menggunakan data metode poligon untuk mencari nilai α dan
β untuk menghitung X dan Y.
Hasil
yang didapatkan dari praktikum ini sangat dipengaruhi oleh ketelitian pada
proses praktikum, baik ketelitian dari alat maupun ketelitian dari praktikan.
Kondisi lingkungan juga berpengaruh pada proses praktikum yang nantinya
mempengaruhi juga hasil yang didapatkan. Seperti misalnya pada praktikum kali
ini terjadi kendala cuaca, yaitu ditengah-tengah proses praktikum hujan turun
sangat lebat sehingga terpaksa praktikum dihentikan dan diteruskan hari
berikutnya. Karena theodolit tidak boleh terkena hujan otomatis theodolit
dilepas dari statif. Walaupun kunci body tidak dilepas tapi hal ini juga dapat
mempengaruhi nilai yang didapatkan. Sehingga dilakukan koreksi agar mengetahui
data yang didapatkan masih dalam batas toleransi atau tidak.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
pada praktikum kali ini yaitu dalam melakukan pengukuran suatu wilayah dapat
menggunakan beberapa metode sehingga akan memudahkan dalam proses pengukuran
dan proses pembuatan peta. Praktikan dapat melakukan perhitungan data hasil
pengukuran karena pada praktikum-praktikum sebelumnya juga telah melakukan
beberapa perhitungan dan dalam perhitungan dalam membuat peta kontur juga dapat
dilakukan dengan baik karena praktikan cukup menguasai teori. Sehingga setelah
melakukan pengukuran dan perhitungan praktikan dapat menuangkan hasil praktikum
tersebut ke dalam sebuah peta kontur.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki,
Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sastrodarsono,
Suyono. 2005. Pengukuran Topografi dan
Teknik Pemetaan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar