Dari
hasil pengamatan yang dilakukan terhadap ekosistem hutan alam al-huriyyah, terdapat
banyak organisme yang ditemukan, mulai dari tingkat produsen, konsumer I, konsumer
II, maupun dekomposer. Komponen-komponen ekosistem mulai dari tingkat produsen yaitu semua jenis
tanaman autotrof yang ada, tingkat konsumen I yaitu belalang, semut, kepik, dan
tawon, konsumen II terdiri dari laba-laba dan lalat, organisme detritivor seperti
nyamuk dan dekomposer diantaranya rayap dan cacing. Banyaknya
jenis dan jumlah organisme yang terdapat pada ekosistem hutan alam lebih
beragam dibandingkan dengan ekosistem padang rumput. Hal ini berlawanan dengan pendapat Reso
(1989) yang mengatakan bahwa meskipun padang rumput ini hanya ada satu stratum,
tetapi keanekaragaman jenis mungkin tinggi jika dibandingkan dengan kebanyakan
hutan. Perbedaan pendapat ini mungkin terjadi karena praktikum yang dilakukan
itu menggunakan lahan yang kurang mewakili.
Semua keragaman jenis yang ada pada
ekosistem hutan alam dikarenakan aspek biotik dan abiotik
dari ekosistem itu sendiri. Dari aspek biotik pada ekosistem hutan alam lebih
banyak terdapat tumbuh-tumbuhan, baik pohon, pancang, maupun berbagai jenis tumbuhan
bawah, ilalang dan rumput-rumputan, daripada ekosistem padang rumput yang
dimana dominan hanya terdapat ilalang dan rumput-rumputan. Dari aspek abiotik (air,
udara, dan cahaya matahari) pada ekosistem hutan alam sangat menentukan kelangsungan
hidup suatu komunitas, karena sangat mempengaruhi proses-proses biologis,
kimia, maupun fisik pada ekosistem tersebut. Tiap-tiap organisme yang terdapat
pada kedua ekosistem mempunyai peranannya masing-masing. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Indrianto (2006) yang menyatakan bahwa komponen ekosistem yang
lengkap harus mencakup produsen, konsumen, pengurai, dan komponen abiotik.
Jika dilihat dari jenisnya, maka banyak
terdapat perbedaan antara jenis spesies yang ada pada padang rumput dengan
hutan alam, diantaranya ekosistem hutan alam tidak terdapat rumput teki. Hal
ini disebabkan karena karakteristik rumput teki yang tidak tahan akan naungan
atau termasuk jenis intoleran. Pada table yang disajikan, dapat dilihat
bahwa persaingan yang terjadi pada ekosistem ini sangat tinggi terutama dalam
memperoleh sinar matahari, karena jumlah produsen pada ekosistem ini sangat
banyak dan masing-masing pasti membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan. Apabila kita amati pada petak 4 (2mx2m),
disana terdapat tanaman-tanaman produsen yang cukup banyak. Hal itu akan
berdampak pada konsumen I maupun konsumen selanjutnya agar tetap bertahan
hidup. Karena tanpa adanya produsen, maka konsumen I akan melakukan persaingan ketat
demi mendapatkan produsen/makanan sehingga menimbulkan kepunahan, semakin
banyak konsumen I yang punah, maka konsumen II dst. akan terpengaruh dan
menjadi lebih sedikit.
Namun, apabila kita lihat pada piramida
jumlah, komponen produsen lebih sedikit daripada konsumen I. hal ini
dikarenakan adanya kekurangan pasokan cahaya matahari dan air sehingga tanaman
yang mesti tumbuh disana tidak dapat bertahan dengan keadaaan seperti itu.
Sehingga dengan adanya produsen yang sedikit, menimbulkan pengaruh yang
signifikan pada konsumen I, II dan seterusnya semakin sedikit pula.
Pada kegiatan praktikum kali ini, kami
menggunakan sistem sampling yaitu dengan mengidentifikasi dalam luasan 40
cmx40cm. hal ini dilakukan karena objek yang akan kita amati sangat banyak dan
juga kesulitan tempat yang ada. Selain itu, pada praktikum ini, kami juga mendapatkan
banyak kendala lain diantaranya struktur tanah yang berawa, dan juga dari
topografi tanah bidang luasan yang akan kita amati sangat curam, terjal dan
licin sehingga susah untuk diidentifikasi secara mendetail.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar