Mata
Kuliah Pengelolaan Hari/tanggal
: Jum’at/16 Maret 2012
Ekosistem
Hutan dan DAS Tempat
: Rk.Geodesi Lt. 2
Laporan Praktikum
ANALISIS TOPOGRAFI
DAN WILAYAH HUJAN
DALAM DAS
Kelompok
Q
1. Indri Febriani E14090032
2. Lina Mahrunnisa E14090046
3. Murdhani Purba E14090047
4. Rahmad Supri A. E14090109
5. Rendy Eka Saputra E14090126
Asisten:
1. Diah Rany PS, S.Hut
2. Hilhamsyah Putra H. E14070042
3. Rian Slamet E14070078
4. Andri Rizky E14070097
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Bentang lahan adalah bentukan-bentukan di permukaan bumi yg terbentuk karena adanya
tenaga endogen dan eksogen. Suatu bentang lahan memiliki kemiringan yang
berbeda-beda. Kemiringan bentang lahan / lereng tersebut terbentuk akibat proses
erosi, gerakan tanah, dan pelapukan. Kemiringan tersebut dapat
digolongkan menjadi 5 kelas lereng. Elias (2008) membaginya menjadi datar,
landai, agak curam, curam, dan sangat curam. Kemiringan dengan sudut 0o-8o
digolongkan ke dalam kelas datar, kemiringan dengan sudut 8o-15o
digolongkan ke dalam kelas landai, kemiringan dengan sudut 15o-25o
digolongkan ke dalam kelas agak curam, kemiringan dengan sudut 25o-45o
digolongkan ke dalam kelas curam, dan kemiringan dengan sudut > 45o
digolongakan ke dalam kelas sangat curam. Sudut tersebut dapat diketahui secara
manual maupun melalui teknologi citra digital.
SIG atau bisa juga disebut GIS
merupakan salah satu teknologi yang memberikan kemudahan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi fisik dan ekologi DAS. Salah satu jenis software yang
menawarkan kemudahan dalam mengolah data morfometri DAS adalah ArcGIS. Software ArcGIS dapat membantu
mengetahui kelas-kelas lereng dari suatu DAS (punggung-punggung bukitnya). Pemahaman
tentang operasional software ArcGIS
dalam mengetahui kelas lereng tersebut sangat penting, sehingga perlu adanya
pelatihan yang mendasarinya.
1.2. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk
mengetahui teknik analisis topografi dalam menentukan indeks topografi DAS.
Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui beberapa teknik menentukan curah
hujan wilayah.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Lokasi dan Waktu
Praktikum kali ini dilaksanakan di
Rk. LG201 (Ruang kuliah Geodesi Lt.2), Fakultas Kehutanan IPB pada Hari Jum’at
tanggal 16 Maret 2012, pukul 14.00 s.d. 17.00 WIB.
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam aplikasi
SIG untuk pengelolaan DAS adalah Laptop atau computer dan software ArcGIS versi
9.3. Sedangkan bahan yang harus dipersiapkan adalah 2 data dasar, diantaranya:
a.
Digital Elevation Model (DEM) yang dituangkan dalam Shuttle Radar Topography
modeling (SRTM) resolusi 90 meter, dan
b.
Batas Sub DAS Kali Madiun, DAS Solo, BPDAS Solo.
2.3. Metode
1. Pada Klasifikasi Lereng
A. Membuka
file dalam system UTM yaitu Madiun_UTM
B. Membuka 3D
Analysist dan Spatial Analysist di Customize
C. Pada 3D
Analysist → Surface Analysist → Slop
D. Selanjutnya pada output cell size 30, factor L
dan percent, lalu diberi nama “slope_percent”
E. Lalu hasil
di print screen ke dalam word
F. Pada 3D Analysist → Reclassify → Input Raster →
input “slope_percent” → Classification → Methode Manual → isi old value dan new
value sesuai arahan → output → re_slope
G. Selanjutnya ubah ke picture → 3D Analyze →
Convert → Raster to Feature → Out Picture → beri nama “slope_madiun”
2. Mencari Luasan
A. Langkah pertama adalah membuka attribute table →
option → add file → pada luas mengisi hectares → pada type mengisi double →
pada prescion mengisi 8 → pada scale mengisi 2
B. Membuka editor → start editing → calculate
geometry → property area → unit → hectares → ok
C. Skip Table
D. Membuka layer baru → Tool box → spatial analysist
to GIS → Hydrology → flow direction→ Input → madiun_UTM → output → fdr → ok
3. Mencari Panjang Lereng
A. Menggunakan Index use lay
Slope
factor = ([.43+.3*[slope]+0.43*
Pow([slope]),2))/(6.613)]
Length
factor = (( Pow([flow_acc]*119+119,1.4)_Pow([flow_acc]*119
,1,4))/(118*Pow(22.13,.4))
B. Pada spatial analysist → Raster Calculator →
menimpa (paste) dengan hasil index uselay tadi → flow acc → block flow →
memasukkan rumus yang diberi → evaluate
C. Pada rumus yang telah diberi → Raster Calculator
→ Klik sebanyak 2 kali → nilai slope → reslope → klik sebanyak 2 kali → ok
D. Panjang lereng di zoom
E. Export data → calculating data → formatnya grid →
Cell size nya 30 → memilih Work space → name → LS_factor → save
F. Spatial analysist → Reclassify → Classify →
metode equal interval → classic 5 → ok → output → LS
4. Metode Pengukuran Nilai
A. Pada layer di remove semua
B. Membuka pos_hujan_UTM → membuka
attribute Table
C. Membuka
Arctoolbox → analysist tools → create Thiessen Polygon → Thiessen
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Hasil praktikum disajikan dalam bentuk gambar dari masing-masing tahapan
sebagai berikut:
Gambar
1 Slope percent.
Gambar 2 RE_slope.
Gambar 3 Slope_madiun.
Gambar 4 Flow fdr.
Gambar 5 Flow acc.
Gambar 6
Gambar 7 ls_factor.
Gambar 8 Ls_reclasify.
Gambar 9 Pos hujan.
Rumus :
Slopefactor = ([.43 + .3 * [slope] +
.043 * Pow([slope]),2)) / (6.613)]
Lengthfactor = ((Pow([flow_acc] * 119 +
119, 14) – Pow([flow_acc] * 119, 1.4)) /
(118 * Pow(22.13,.4))
Pow ([flowacc] *
resolution / 22.1, 0.4) * Pow ( Sin ([slope] * 0.01745) / 0.09, 1.4) * 1.4
3.2. Pembahasan
Wilayah suatu DAS
dibatasi oleh sisi punggung bukit. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemiringan
lereng yang ada di sekeliling DAS tersebut. Lereng adalah kenampakan permukaan
alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut
dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya
kelerengan (slope) (Aditya 2011). Bentuk lereng juga mempengaruhi dalam
penentuan wilayah suatu DAS. Bentuk Lereng tergantung pada proses erosi juga
gerakan tanah dan pelapukan.
Kemiringan lereng merupakan data
yang paling penting dan paling banyak digunakan diberbagai bidang keilmuan
spasial. Seperti halnya perencanaan wilayah sampai kehutanan memerlukan data
tersebut. Untuk mendapatkan data tersebut kita dapat menggunakan data dem.
Kemiringan lereng terbagi ke dalam beberapa kelas yaitu 0-8%, 8-15%, 15-25%,
25-40%, >40%. Dari hasil persen lereng tersebut, dapat diketahui keadaan
lereng yang ada, mulai dari datar hingga sangat curam. Untuk memudahkan
pengklasifikasian lereng dapat juga menggunakan aplikasi Arcgis. Akan tetapi
jika kita membuat data kemiringan lereng di Arcgis biasanya mendapatkan hasil
yang bisa dikatakan salah karena memiliki dua warna saja yaitu dari nilai
0-89.9999. hal ini dapat terjadi karena data raster yang masih dalam sistem
koordinat geographic yang memiliki satuan derajat-menit-detik yang menyebabkan
nilai raster tidak dalam satuan metrik. Sehingga untuk menghindari hal
tersebut, maka kita harus memastikan sistem koordinat dari data raster yang
akan kita olah. Jika sistem koordinat masih dalam sistem koordinat geographic,
maka harus diubah terlebih dahulu menggunakan sistem koordinat ke koordinat
proyeksi semisalnya koordinat UTM untuk mendapatkan satuan sel raster dalam
satuan metrik (Irwan 2012).
Pada
praktikum kali ini, diketahui nilai kemiringan lereng dari DAS Madiun utm
berkisar dari 0-391,667 dan memiliki kelas kemiringna lereng sebanyak lima
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2011. Kemiringan Lereng. [terhubung berkala] http://id.shvoong.com
[18 Maret 2012].
Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor: IPB Press.
Irwan. 2012. Pembuatan Peta Kemiringan Lereng dengan Arcgis 10. [terhubung
berkala]. http://ir1gisplan.wordpress.com
[18 Maret 2012].
salam rimbawan :)mampir juga ke :
BalasHapustunastanimandiri.blogspot.com