Nama : Jajang
Roni Aunul Kholik
NRP :
E14090090
Kelompok : 3
PENGAMATAN SPORA JAMUR KARAT DAN ISOLASI MIKROBA PENYEBAB MATI PUCUK/ LAYU BAKTERI PADA
TANAMAN JATI (Tectona
grandis)
Tabel
1. Hasil Pengamatan Isolasi Mikroba
Hari ke-
|
Cawan Petri 1
|
Cawan Petri 2
|
Hari ke-
|
Cawan Petri 1
|
Cawan Petri 2
|
1.
|
2
|
||||
3.
|
4.
|
||||
5.
|
6.
|
||||
Pembahasan
1.
Nama
Inang : Jati (Tectona grandis)
Nama Penyakit : Jamur Karat
Nama Patogen :
Olivia tectoneae (Parasit Obligat)
Tanda/ Gejala Bioekologi :
Penyakit karat pada daun jati disebabkan oleh cendawan Olivia tectoneae. Cendawan
ini merupakan parasit obligat yang hanya mampu hidup pada inang (jati) yang
masih hidup. Gejala yang ditimbulkannya merupakan bercak yang berwarna cokelat
hingga hitam yang tersebar di bagian daun. Pada gejala mikroskopis, cendawan
ini sering membentuk fase spora yang membulat dan berduri yang disebut
uredospora. Hifa senosit dengan beberapa sporangium dapat dilihat dari
penampakan gejala mikroskopis yang diisolasi dari
gejala karat tersebut. Spora pada cendawan ini akan berkecambah ketika
lingkungan sekitar dari cendawan ini mendukung kehidupannya. Gejala nekrosis
yang ditandai dengan kematian jaringan pada daun Jati merupakan gejala yang
tampak nyata karena cendawan ini mampu menyerap nutrisi sel pada jaringan daun Jati.
Cara
Pengendalian :
Upaya
pengendalian pada jenis cendawan ini, yaitu dengan cara menghilangkan daun yang
terinfeksi agar gejala yang timbul tidak meluas hingga ke sel atau jaringan
yang belum terinfeksi. Penggunaan fungisida merupakan upaya terakhir yang dapat
dilakukan jika gejala penyakit ini tidak dapat dilakukan dengan cara lain,
yaitu dengan menyemprotkan larutan fungisida ke bagian daun yang terserang
cendawan karat. Selain
itu, dapat juga dengan menggunakan infus fungisida yang ditancapkan kedalam batang
yang sebelumnya telah dilubangi oleh bor atau paku pada tanaman Jati.
2.
Nama
Inang : Jati (Tectona grandis)
Nama Penyakit : Layu Bakteri
Nama Patogen : Pseudomonas tectoneae
Tanda/ Gejala (Bioekologi) :
Pewarnaan pada bagian batang muda terutama bagian dalam yang
dapat diamati secara langsung di lapangan. Mekanisme penyerangan dari patogen ini adalah dengan
menyumbat jaringan pembuluh pada tanaman inang (Jati). Tilosit merupakan respon inang yang ditimbulkan akibat infeksi
dari serangan bakteri tersebut. Tilosit menyebabkan
keadaan tanaman menjadi tambah parah karena pembesaran bagian sel di tepian
pembuluh yang dapat menyumbat jaringan pembuluh sehingga tanaman menjadi
layu. Tanaman yang dapat terserang penyakit layu bakteri ini umumnya tanaman di
bawah umur 1 tahun. Selain itu, daun menjadi layu,
menggulung, kemudian mengering dan rontok. Pada batang terjadi proses layu dan mengering. Bila mana akar diperiksa, kondisi akar sudah rusak. Gejala awal daun layu, kondisi kulit batang tampak masih terlihat segar/ sehat. Namun bila mana diperiksa
lebih lanjut dengan memotong dan menyeset kulit/ membelah batang yang terserang maka akan dapat dilihat bahwa
bagian jaringan kambium dan kayu gubal (xylem) telah mengalami kerusakan,
walaupun jaringan kulit (floem) masih terlihat hijau segar.
Cara Pengendalian :
Pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan dengan
cara biologi, kimiawi, dan silvikultur. Untuk serangan pada masa persemaian,
cocok dilakukan pengendalian dengan cara biologi dan kimiawi. Adapun untuk
kasus serangan pada tanaman yang sudah berada di
lapangan, maka cara silvikultur lebih efektif dan aman untuk dilakukan. Cara biologi dilakukan dengan
menggunakan bakteri antagonis Pseudomonas fluorescens dengan
disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman dan sekitar perakaran. Cara kimiawi menggunakan bakterisida, disemprotkan ke seluruh
permukaan tanaman dan sekitar perakaran. Aplikasi silvikultur untuk penanganan
penyakit layu bakteri adalah dengan memperbaiki drainase lahan dan pengaturan
jenis tumpang sari pada tanaman pokok jati, sehingga dapat
diperoleh tanaman sehat dengan produktivitas tinggi.
3.
Nama
Inang : Jati (Tectona grandis)
Nama Penyakit : Mati Pucuk
Nama Patogen :
Phoma sp.
Tanda/ Gejala Bioekologi :
Gejala yang ditimbulkan berupa titik-titik di dalam batang.
Cendawan ini tergolong ke dalam Askomycetes yang memiliki hifa septat pada
struktur vegetatifnya dan sering membentuk peritesium ketika lingkungan
mengalami keadaan yang ekstrim. Gejala ini sering disebut dengan penyakit pecut
karena penampakan batang dengan daun muda rontok yang menjulang.
Cara
Pengendalian :
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan memotong
bagian pucuk/ batang yang terserang agar patogen
tersebut tidak menyebar ke seluruh bagian tanaman (jati). Cara silvikultur
dapat dilakukan untuk penanganan penyakit ini. Begitu juga cara pengendalian
menggunakan fungisida seperti penanganan penyebab penyakit karat pada daun jati
dapat diterapkan untuk mengatasi gejala penyakit yang ditimbulkan dari patogen jenis ini.
Do you understand there is a 12 word sentence you can say to your man... that will induce deep feelings of love and instinctual attractiveness for you deep inside his chest?
BalasHapusBecause hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, please and look after you with his entire heart...
12 Words Will Trigger A Man's Love Instinct
This impulse is so built-in to a man's mind that it will make him try better than before to do his best at looking after your relationship.
Matter-of-fact, fueling this influential impulse is absolutely binding to having the best ever relationship with your man that the second you send your man one of these "Secret Signals"...
...You will instantly find him open his heart and soul to you in such a way he's never experienced before and he will identify you as the only woman in the universe who has ever truly appealed to him.