Kamis, 29 Maret 2012

PEMURNIAN MIKROORGANISME


HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pemurnian Mikroorganisme
Ulangan 1 (d=    cm)
Ulangan 2 (d=     cm)
Ulangan 3 (d=      cm)
Ulangan 1 (d=     cm)
Ulangan 2 (d=     cm)
Ulangan 3 (d=      cm)
Ulangan 1 (d=      cm)
Ulangan 2 (d=     cm)
Ulangan 3 (d=     cm)
Ulangan 1 (d=      cm)
Ulangan 2 (d=      cm)
Ulangan 3 (d=     cm)
Ulangan 1 (d=      cm)
Ulangan 2 (d=      cm)
Ulangan 3 (d=      cm)
Ulangan 1 (d=      cm)
Ulangan 2 (d=      cm)
Ulangan 3 (d=      cm)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pada Mikroskop


PEMBAHASAN
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan yang berulang kali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau padat. Kekeruhan dalam media PDA menunjukkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk pada dasar media agar (PDA), maka akan membentuk sedimen sedangkan pada permukaan cawan terlihat seperti benang-benang yang saling menumpuk (Lay, 1998 dalam Waluyo, 2004).
Pertumbuhan mikroorganisme dalam media agar (PDA) seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob obligat berkembang biak pada lapisan permukaan karena pada bagian ini kandungan oksigen tinggi. Selain bisa dalam media cair, mikroorganisme juga memperlihatkan pertumbuhan dengan ciri tertentu dalam biakan padat seperti agar (PDA) atau lempengan agar. Pada agar (PDA) lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan murni sedangkan agar lempengan lazimnya digunakan untuk memurnikan mikroorganisme (Lay, 1998 dalam Waluyo, 2004).
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan (Dwijoseputro, 1998).
Perkembangbiakkan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Yang paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual. Pembiakan aseksual terjadi dengan  pembelahan biner, yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak  membentuk dua sel anak lagi dan seterusnya. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner melintang yaitu suatu proses reproduksi aseksual, setelah pembentukan dinding sel melintang, maka satu sel tunggal membelah menjadi dua sel yang disebut dengan sel anak. Selanjutnya, setelah dilakukan pembiakkan, maka akan terjadi proses pertumbuhan mikroorganisme, Pertumbuhan secara umum dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur secara komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multi seluler yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel perorganisme, dimana ukuran sel menjadi lebih besar. Pada organisme uniseluler pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel yang juga berarti pertambahan jumlah organisme yang membentuk okolasi atau suatu biakan. Pada organisme aseluler selama pertumbuhan ukuran sel menjadi besar tetapi tidak terjadi pembelahan sel.
Pertumbuhan mahluk hidup dapat juga ditinjau dari dua sudut yaitu pertumbuhan individu dan pertumbuhan kelompok. Pertumbuhan individu diartikan sebagi adanya penambahan sel serta bagian-bagian sel lainnya. Sedangkan pertumbuhan kelompok merupakan akibat pertumbuhan individu misalnya dari satu sel menjadi dua sel. Pada kegiatan pertumbuhan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan pertumbuhan mikroba, yaitu: Nutrien, Tersedianya air, Nilai PH, Suhu, Tersedinya oksigen dan Komponen anti mikroba. Semua faktor tersebut sangatlah berperan dalam meningkatkan pertumbuhan mikroba yang ada. Apabila semua komponen tersebut tidak mendukung, maka pertumbuhan akan terhambat.
Pada kegiatan praktikum ini, terdapat suatu teknik isolasi biakan murni mikroorganisme yaitu: Teknik Streak plate. Teknik Streak plate diawali dengan teknik aseptis. Jarum enten dan ose dibakar dari bagian pangkal dalam terus hingga ke bagian ujung sampai berpijar merah, hal ini dilakukan agar jarum enten dan ose bebas dari kontaminan. Pada biakan mikroba digunakan jarum enten atau ose karena biasanya mikroba memiliki struktur yang berserabut sehingga dengan jarum enten akan diperoleh serabut atau hifa dari kapang dan dibiakkan. Selain itu, bisa juga digunakan jarum ose untuk mengambil biakan mikroba yang ukurannya sangat kecil. Kemudian bibir cawan yang berisi mikroba dibakar dengan cara memutar cawan sehingga semua bagian bibir terkena api untuk memastikan tidak ada mikroba lain yang masuk ke dalam media biakan. Jarum enten atau ose segera dimasukkan ke dalam cawan petri hasil pour plate, lalu segera dikeluarkan. Ketika memasukkan jarum enten atau ose jangan sampai menyentuh dinding tabung dan dilakukan di dekat pembakar Bunsen karena akan menyebabkan kontaminasi. Masing-masing cawan berisi biakan bakteri diambil sedikit dengan ose dan sedikit di congkel bagian bakteri yang ingin dimurnikan, namun jangan sampai bagian agar terambil atau jika terpaksa bagian agar terambil, diusahakan seminimal mungkin. Pemilihan bagian tepi atau yang banyak terlihat mikroba yang sejenis bertujuan agar diperoleh biakan murni dengan umur yang relatif sama. Jarum enten atau ose yang mengandung koloni mikroba segera di sentuhkan pada cawan petri lain yang berisi Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah mengeras pada bagian tengah, hal ini dilakukan agar mikroba dapat tersebar dengan merata sesuai dengan diameter cawan petri. Hasil dari Streak Plate untuk mikroba tersebut kemudian diinkubasi. Perbedaan waktu inkubasi adalah karena waktu pertumbuhan dan perkembangbiakkan antara mikroba berbeda. Inkubasi dilakukan untuk memberikan suasana yang memungkinkan (optimal) untuk pertumbuhan mikroba hingga terbentuk koloni. Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik. Hal ini dilakukan agar untuk mencegah kondensasi menitis dari bawah ke atas permukaan agar yang dapat memfasilitasi pergerakan organisme antara koloni (Sciencestuff, 2008 dalam Winarni, 1997) dan kemudian diamati pertumbuhan koloni tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pertumbuhan mikroba dengan melihat pertambahan diameter mikroba yang telah diisolasi. Berdasarkan tabel 1. Terlihat adanya perubahan diameter mikroba yang sudah dipindahkan tadi ke media yang baru. Hasilnya adalah berupa pertambahan diameter mikroba yang diamati. Pada hari pengamatan pertama, besarnya diameter mikroba pada ulangan 1 adalah      cm, ulangan 2 sebesar      cm, dan ulangan 3 sebesar      cm. pada hari selanjutnya terlihat pertambahan diameter menjadi      cm untuk ulangan 1,       cm untuk ulangan 2, dan       cm untuk ulangan 3. Hari ketiga juga mengalami perubahan diameter menjadi      cm,      cm,      cm (ulangan 1, 2, dan 3). Akan tetapi, pada hari pengamatan selanjutnya tidak terjadi perubahan yang signifikan yaitu hanya menambah diameter menjadi      cm      cm      cm (masing-masing untuk ulangan 1, 2, dan 3). Pertambahan diameter ini menjadi tanda bahwa mikroba yang sedang dibiakkan tersebut mengalami pertumbuhan yaitu dengan ditandai pertambahan diameternya.    
Praktikum kali ini juga mengamati pertumbuhan mikroba dengan  menggunakan media pertumbuhan pada PDA, hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 6 hari dengan perlakuan yang sama dalam cawan petri. Pada hari pertama mulai terlihat adanya miselium pada dinding cawan petri yang menandakan adanya pertumbuhan. Dari yang kita tahu bahwa miselium tidak memiliki sekat begitu pula dengan miselium yang terlihat pada hasil pengamatan. Pada hari berikutnya pertumbuhan semakin terlihat pada sisi bagian objek yang diisolasi yang mengalami perubahan warna dari sebelumnya berwarna kuning pucat kemudian di temukan perubahan warna lain yaitu warna kuning pekat menunjukan bahwa mikroba telah mengalami perubahan fase yang nanti pada akhirnya akan menjadi berwarna hitam.
Hari ketiga miselium semakin memenuhi bagian cawan petri ruang hanya tersisa untuk bagian objek dan penyebaran warna kuning dan hitam di sekelilingnya, hal tersebut menunjukan adanya perkembangbiakan yang relatif stabil tiap harinya. Miselium yang berisikan enzim dan sumber energi lainnya bagi penunjang pertumbuhan mikroba, terbukti bekerja secara efektif pada perkembangan mikroba yang sedang diamati pada media PDA. Hari keempat dan hari kelima warna pada sampel objek kembali mengalami perubahan warna yaitu warna yang awalnya kuning menyebar pada sekeliling sampel menjadi kehitaman dan sedikit ada warna merah. Klimaks dari proses perkembangbiakan ini di temukannya warna kemerahan yang selanjutnya akan dilakukan identifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop, objek mikroba yang dibiakan di dalam PDA ternyata terkontaminasi oleh mikoba yang lain, sehingga dalam identifikasi ditemukan bentuk mikroba yang tidak seperti jamur (Rizhopus oryzae). Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada gambar berikut.


Description: C:\Documents and Settings\PT CAHAYA MALAM\Desktop\01062011(006).jpg







Kontaminasi tersebut diduga terjadi pada saat dilakukan pengem-bangbiakan, terjadi akibat kekuranghati-hatian praktikan dalam mengambil sampel mikroba pada media PDA yang sebelumnya, dan kemungkinan juga terjadi pada saat menuangkan PDA pada Laminar Air Flow. Jamur (Rhizopus oryzae) yang berhasil diamati terlihat sporangium dan sporangiosfor, sedangkan sporangiospora dan rhizoidnya tidak dapat teramati karena keterbatasan alat mikroskop.



DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Jembatan Aksara.
Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi umum. Malang: Umm press.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Surabaya: Program Studi D3 Teknik Kimia, FTI-ITS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger