HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.
Hasil Pengamatan Pemurnian Mikroorganisme
Ulangan 1 (d= cm)
|
Ulangan 2 (d= cm)
|
Ulangan 3 (d= cm)
|
Ulangan 1 (d= cm)
|
Ulangan 2 (d= cm)
|
Ulangan 3 (d= cm)
|
Ulangan 1 (d= cm)
|
Ulangan 2 (d= cm)
|
Ulangan 3 (d= cm)
|
Ulangan 1 (d= cm)
|
Ulangan 2 (d= cm)
|
Ulangan 3 (d= cm)
|
Ulangan 1 (d= cm)
|
Ulangan 2 (d= cm)
|
Ulangan 3 (d= cm)
|
Ulangan 1 (d= cm)
|
Ulangan 2 (d= cm)
|
Ulangan 3 (d= cm)
|
Tabel 2.
Hasil Pengamatan Pada Mikroskop
|
|
|
|
|
|
PEMBAHASAN
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan
pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme
ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan
selama pemindahan yang berulang kali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam
biakan cair atau padat. Kekeruhan dalam media PDA menunjukkan terjadinya
pertumbuhan mikroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk pada dasar media agar
(PDA), maka akan membentuk sedimen sedangkan pada permukaan cawan terlihat
seperti benang-benang yang saling menumpuk (Lay, 1998 dalam Waluyo, 2004).
Pertumbuhan mikroorganisme dalam media agar (PDA)
seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob obligat berkembang
biak pada lapisan permukaan karena pada bagian ini kandungan oksigen tinggi.
Selain bisa dalam
media cair, mikroorganisme juga memperlihatkan pertumbuhan dengan ciri tertentu
dalam biakan padat seperti agar (PDA) atau lempengan agar. Pada agar (PDA) lazimnya
digunakan untuk menyimpan biakan murni sedangkan agar lempengan lazimnya
digunakan untuk memurnikan mikroorganisme (Lay, 1998 dalam Waluyo, 2004).
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana
memperoleh suatu biakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta
mencegah pencemaran dari luar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril
sebelum digunakan. Pencemaran terutama berasal dari udara yang mengandung
banyak mikroorganisme. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat
hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi.
Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme yang
disebut dengan teknik inokulasi biakan (Dwijoseputro, 1998).
Perkembangbiakkan mikroorganisme dapat terjadi secara
seksual dan aseksual. Yang paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan
aseksual. Pembiakan aseksual terjadi dengan pembelahan biner, yakni satu
sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak
membentuk dua sel anak lagi dan seterusnya. Pembelahan biner yang terjadi pada
bakteri adalah pembelahan biner melintang yaitu suatu proses reproduksi
aseksual, setelah pembentukan dinding sel melintang, maka satu sel tunggal
membelah menjadi dua sel yang disebut dengan sel anak. Selanjutnya, setelah
dilakukan pembiakkan, maka akan terjadi proses pertumbuhan mikroorganisme, Pertumbuhan secara umum dapat didefinisikan sebagai
pertambahan secara teratur secara komponen di dalam sel hidup. Pada organisme
multi seluler yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel
perorganisme, dimana ukuran sel menjadi lebih besar. Pada organisme uniseluler
pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel yang juga berarti pertambahan jumlah
organisme yang membentuk okolasi atau suatu biakan. Pada organisme aseluler
selama pertumbuhan ukuran sel menjadi besar tetapi tidak terjadi pembelahan
sel.
Pertumbuhan mahluk hidup dapat
juga ditinjau dari dua sudut yaitu pertumbuhan individu dan pertumbuhan
kelompok. Pertumbuhan individu diartikan sebagi adanya penambahan sel serta
bagian-bagian sel lainnya. Sedangkan pertumbuhan kelompok
merupakan akibat pertumbuhan individu misalnya dari satu sel menjadi dua sel. Pada kegiatan pertumbuhan, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam kegiatan pertumbuhan mikroba, yaitu: Nutrien, Tersedianya
air, Nilai PH, Suhu, Tersedinya oksigen dan Komponen anti mikroba. Semua faktor
tersebut sangatlah berperan dalam meningkatkan pertumbuhan mikroba yang ada.
Apabila semua komponen tersebut tidak mendukung, maka pertumbuhan akan
terhambat.
Pada kegiatan praktikum ini, terdapat suatu teknik isolasi
biakan murni mikroorganisme yaitu: Teknik
Streak plate. Teknik Streak plate diawali dengan teknik aseptis. Jarum enten dan
ose dibakar dari bagian pangkal dalam terus hingga ke bagian ujung sampai
berpijar merah, hal ini dilakukan agar jarum enten dan ose bebas dari
kontaminan. Pada biakan mikroba digunakan jarum enten atau ose karena biasanya mikroba
memiliki struktur yang berserabut sehingga dengan jarum enten akan diperoleh
serabut atau hifa dari kapang dan dibiakkan. Selain itu, bisa juga digunakan
jarum ose untuk mengambil biakan mikroba yang ukurannya sangat kecil. Kemudian
bibir cawan yang berisi mikroba dibakar dengan cara memutar cawan sehingga
semua bagian bibir terkena api untuk memastikan tidak ada mikroba lain yang
masuk ke dalam media biakan. Jarum enten atau ose segera dimasukkan ke dalam
cawan petri hasil pour plate, lalu segera dikeluarkan. Ketika memasukkan jarum
enten atau ose jangan sampai menyentuh dinding tabung dan dilakukan di dekat
pembakar Bunsen karena akan menyebabkan kontaminasi. Masing-masing cawan berisi
biakan bakteri diambil sedikit dengan ose dan sedikit di congkel bagian bakteri
yang ingin dimurnikan, namun jangan sampai bagian agar terambil atau jika
terpaksa bagian agar terambil, diusahakan seminimal mungkin. Pemilihan bagian
tepi atau yang banyak terlihat mikroba yang sejenis bertujuan agar diperoleh
biakan murni dengan umur yang relatif sama. Jarum enten atau ose yang
mengandung koloni mikroba segera di sentuhkan pada cawan petri lain yang berisi
Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah mengeras pada bagian tengah, hal ini
dilakukan agar mikroba dapat tersebar dengan merata sesuai dengan diameter
cawan petri. Hasil dari Streak Plate untuk mikroba tersebut kemudian
diinkubasi. Perbedaan waktu inkubasi adalah karena waktu pertumbuhan dan
perkembangbiakkan antara mikroba berbeda. Inkubasi dilakukan untuk memberikan
suasana yang memungkinkan (optimal) untuk pertumbuhan mikroba hingga terbentuk koloni.
Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik. Hal ini dilakukan agar untuk
mencegah kondensasi menitis dari bawah ke atas permukaan agar yang dapat
memfasilitasi pergerakan organisme antara koloni (Sciencestuff, 2008 dalam
Winarni, 1997) dan kemudian diamati pertumbuhan koloni tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pertumbuhan mikroba
dengan melihat pertambahan diameter mikroba yang telah diisolasi. Berdasarkan
tabel 1. Terlihat adanya perubahan diameter mikroba yang sudah dipindahkan tadi
ke media yang baru. Hasilnya adalah berupa pertambahan diameter mikroba yang
diamati. Pada hari pengamatan pertama, besarnya diameter mikroba pada ulangan 1
adalah cm, ulangan 2 sebesar cm, dan ulangan 3 sebesar cm. pada hari selanjutnya terlihat
pertambahan diameter menjadi cm
untuk ulangan 1, cm untuk ulangan
2, dan cm untuk ulangan 3. Hari
ketiga juga mengalami perubahan diameter menjadi cm,
cm, cm (ulangan 1, 2, dan 3).
Akan tetapi, pada hari pengamatan selanjutnya tidak terjadi perubahan yang
signifikan yaitu hanya menambah diameter menjadi cm
cm cm (masing-masing untuk
ulangan 1, 2, dan 3). Pertambahan diameter ini menjadi tanda bahwa mikroba yang
sedang dibiakkan tersebut mengalami pertumbuhan yaitu dengan ditandai
pertambahan diameternya.
Praktikum kali ini juga
mengamati
pertumbuhan mikroba dengan menggunakan media pertumbuhan pada PDA, hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 6 hari dengan perlakuan yang sama dalam cawan petri. Pada hari
pertama mulai terlihat adanya miselium pada dinding cawan petri yang menandakan
adanya pertumbuhan. Dari yang kita tahu bahwa
miselium tidak memiliki sekat begitu pula
dengan miselium yang terlihat pada hasil pengamatan. Pada hari berikutnya pertumbuhan
semakin terlihat pada sisi bagian objek
yang diisolasi yang mengalami perubahan warna dari sebelumnya berwarna kuning pucat
kemudian di temukan perubahan warna lain yaitu warna kuning pekat menunjukan
bahwa mikroba telah mengalami
perubahan fase yang nanti pada akhirnya akan menjadi berwarna hitam.
Hari ketiga miselium semakin memenuhi bagian cawan petri
ruang hanya tersisa untuk bagian objek dan penyebaran warna kuning dan hitam di sekelilingnya, hal tersebut menunjukan adanya
perkembangbiakan yang relatif stabil tiap harinya. Miselium yang berisikan
enzim dan sumber energi lainnya bagi penunjang pertumbuhan mikroba, terbukti bekerja secara efektif pada perkembangan mikroba yang sedang diamati pada media PDA. Hari keempat dan hari kelima warna pada sampel objek kembali mengalami perubahan warna yaitu warna yang
awalnya kuning menyebar pada sekeliling sampel menjadi kehitaman dan sedikit ada
warna merah.
Klimaks dari proses perkembangbiakan ini di temukannya warna kemerahan yang
selanjutnya akan dilakukan identifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan
mikroskop, objek mikroba yang dibiakan di dalam PDA ternyata terkontaminasi oleh mikoba yang lain, sehingga dalam identifikasi ditemukan bentuk mikroba yang tidak seperti jamur (Rizhopus oryzae). Untuk lebih jelas,
dapat dilihat pada gambar berikut.
Kontaminasi tersebut diduga terjadi pada saat dilakukan
pengem-bangbiakan, terjadi akibat kekuranghati-hatian praktikan dalam mengambil
sampel mikroba pada media PDA yang
sebelumnya,
dan kemungkinan juga terjadi pada saat menuangkan PDA pada Laminar Air Flow.
Jamur (Rhizopus oryzae) yang berhasil
diamati terlihat sporangium dan sporangiosfor, sedangkan sporangiospora dan
rhizoidnya tidak dapat teramati karena keterbatasan alat mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Jembatan Aksara.
Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi
umum. Malang: Umm press.
Winarni, D.
1997. Diktat Teknik
Fermentasi. Surabaya: Program Studi
D3 Teknik Kimia, FTI-ITS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar