Mata Kuliah: Ilmu Penyakit Hutan Hari/tanggal:
Kamis, 1 Maret 2012
Waktu :
14.00-17.00 WIB
PEMBUATAN MEDIA PDA (POTATO
DEXTROS AGAR)
DAN TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME
Oleh:
Jajang Roni A. Kholik (E14090090)
Dosen:
Dr. Ir. Ahmad, MS.
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hutan merupakan masyarakat tumbuhan yang
didominasi oleh pohon-pohon atau tegakan pohon yang mempunyai keadaaan
lingkungan yang berbeda dengan di luar hutan. Hutan dikatakan sakit apabila
pohon-pohon yang ada di dalamnya mengalami sakit atau terkena serangan penyakit
akibat sering mengalami tekanan secara terus-menerus dari faktor biotik
(makhluk hidup) ataupun faktor abiotik (lingkungannya) yang sedemikian rupa
sehingga menimbulkan banyak kerugian pada hutan tersebut. Kerugian tersebut
dapat berupa penurunan baik secara kualitas ataupun kuantitas dalam produksi hutan
ataupun kerugian lainnya.
Tekanan yang terjadi pada hutan ataupun
pohon dikarenakan adanya interaksi yang terus menerus antara pohon dan
faktor-faktor biotik tersebut yang
mengakibatkan terbentuknya gambaran ekspresi reaksi inang yang tampak dengan
jelas dari luar akibat gangguan fisiologis yang biasa disebut dengan “gejala” dan
dapat pula diakibatkan oleh faktor yang tidak terlihat jelas karena interaksi
yang berjalan sangat lambat. Sering kali gejala itulah yang memberi petunjuk
kepada kita apakah pohon itu dalam keadaan sehat atau cacat pada bagian tubuh
atau seluruh tubuhnya, sehingga kualitas dan kuantitas produksi yang dapat
diambil menjadi berkurang. Perlu disadari bahwa banyak sekali
penyakit tanaman yang belum diketahui karena berbagai penyakit pada pohon tidak
hanya disebabkan oleh satu macam penyebab, tetapi karena beberapa penyebab yang
datang secara bersama-sama atau secara berurutan saling mengikuti satu sama
lain.
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui cara membuat media semi alami salah satunya berupa
PDA (Potato Dextros Agar).
2.
Mengetahui dan memahami cara dan teknik isolasi mikroorganisme
(fungi, bakteri, dan jamur) di beberapa lokasi yang telah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan adalah sebuah kawasan yang
ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus
hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi
yang paling penting. Pepohonan merupakan komponen utama pembentuk hutan. Dan
pada kehidupan pohon itu sendiri tidak lepas dari yang namanya gangguan hutan
yaitu disebabkan oleh hama atau penyakit hutan (Tapa Darma IGK, 1989).
Ilmu penyakit hutan merupakan cabang
dari ilmu penyakit tumbuhan yang mencakup penyakit-penyakit tumbuhan berkayu
yang tumbuh di dalam hutan alam, hutan tanaman, maupun lingkungan pemukiman dan
perkotaan (Tapa Darma IGK, 1989). Ilmu ini dipelajari sebagai sains dan sebagai art. Sebagai sains
(ilmu), maka ilmu penyakit hutan mencakup penelaahan sifat-sifat penyakit,
penyebaran penyakit, interaksi antara pathogen dan inang, fakotr-faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit, dan berbagai cara pengendalian penyakit.
Sedangkan sebagai seni atau praktek (art),
ilmu penyakit hutan menyangkut penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
penerapan sains, termasuk diagnose atau pengungkapan identitas
penyakit-penyakit khusus melalui gejala dan tanda penyakit, penilaian dan
peramalan penyakit, rekomendasi usaha pengendalian yang sesuai, dan penggunaan
langsung di lapangan berdasarkan cara-cara pengendalian yang tepat.
Menurut Tapa Darma IGK (1989), Penyebab
penyakit hutan dari faktor biotik dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Jamur merupakan jasad mikro, tidak mempunyai klorofil, struktur tubuhnya berupa
benang-benang hifa yang bercabang menyanggah spora. Sedangkan bakteri merupakan
organisme yang sangat kecil dan mempunyai kemampuan untuk berkembang biak yang
sangat tinggi. Bakteri dapat berbentuk bulat yang disebut coccus, berbentuk silindris disebut basil, dan berbentuk koma disebut vibrion.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Ilmu Penyakit Hutan dengan
judul materi “pembuatan media PDA (Potato Dextros Agar) dan teknik isolasi
mikroorganisme” dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 1 Maret 2012 mulai pukul 14.00-17.00
WIB yang bertempat di Laboratorium Penyakit Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan IPB.
3.2 Alat dan bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
3.2.1
Pembuatan PDA (Potato Dextros Agar)
Alat :
1.
Pisau
2.
Erlenmeyer
3.
Kompor
4.
Panci
5.
Alat Seterilisasi
Bahan :
1.
Dexstrose/ Glukosa 20
gram
2.
Agar-agar 15-20 gram
3.
Kentang 200 gram
4.
Air (aquades) 1 liter
3.2.2
Pengembangbiakan atau Isolasi
Mikroorganisme
Alat :
1.
Gunting
2.
Cawan petri
3.
Solatif cawan petri
Bahan :
1.
Bakteri pada lokasi yang ditunjuk
3.3
Cara Kerja
3.3.1
Cara Kerja Pembuatan PDA (Potato
Dextros Agar)
1.
Kentang dikupas, di potonng kecil-kecil kemudian dicuci
dengan air bersih
2.
Potongan kentang direbus dengan air (aquades) sampai mendidih
dan empuk
3.
Kentang dan larutan dipisahkan
4.
Larutan kentang dicampur dengan dexstrose, agar-agar, dan air
sebanyak 1 liter, kemudian dipanaskan sampai mendidih dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
5.
Menseterilisasi menggunakan alat autoclaf pada suhu 1210C
tekanan 1 atm selama 15 menit.
3.3.2 Cara Kerja Pengembangbiakan atau Isolasi
Mikroorganisme
A. Persiapan Media
1.
Dilakukan sterilisasi ruangan dan alat (Laminar Air Flow)
dengan cara disemprot menggunakan alkohol
2.
Cawan dipanaskan
3.
Media dalam tabung Erlenmeyer dipanaskan kemudian dituangkan dalam cawan.
4.
Cawan dipanaskan lagi dan kemudian didiamkan.
B. Pengambilan
mikroorganisme
1.
Buka cawan petri yang
telah beisi media PDA
2.
Tempatkan secara
terbuka pada lokasi yang ditunjuk selama 5 menit.
3.
Tutup kembali cawan
petri tersebut secara rapat dan kemudian diberi solasi bening.
4.
Amati perkembangan
mikroorganisme tersebut setiap hari selama satu minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan pathogen
pada media PDA
No
|
Hari
ke-
|
Jumlah
Koloni Patogen
|
Ket.
|
1
|
1
|
-
|
-
|
2
|
2
|
7
|
Fungi
|
3
|
3
|
19
|
Fungi
|
4
|
4
|
25
|
Fungi
|
5
|
5
|
30
|
Fungi
|
6
|
6
|
39
|
Fungi
|
4.2 Pembahasan
Praktikum pembuatan PDA (Potato Dextros Agar) dilaksanakan di
luar jam praktikum dan telah disediakan oleh petugas laboran berupa media PDA
yang sudah jadi di dalam tabung Erlenmeyer. Tahapan
selanjutnya setelah
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, media PDA tersebut harus diseterilisasi dengan
menggunakan alat autoclaf pada suhu 1210C tekanan 1 atm selama 15
menit dan dituangkan ke dalam beberapa cawan petri yang sudah
disiapkan di laboratorium. Media PDA yang sudah dibuat tersebut
dipakai untuk melakukan pengamatan pengembangbiakan pathogen pada praktikum
minggu selanjutnya. Pada praktikum
pengembangbiakkan pathogen, pengamatan dilaksanakan di beberapa tempat yang
ada di sekitar laboratorium penyakit hutan, diantaranya: di atas meja
praktikum, di kamar mandi, dan lokasi laboratorium biokomposit. Pada
kesempatan ini, kelompok 3 berkesempatan mendapatkan lokasi laboratorium biokomposit di bagian laboratorium
penyakit hutan.
Pada praktikum
ini, pertama kali dilakukan adalah menuangkan media PDA pada cawan petri yang
sudah disterilkan dari bakteri atau fungi. Kemudian dilakukan pengambilan
sampel bakteri atau jamur yang ada di sekitar lokasi dengan cara membuka cawan
petri yang sudah diisi media PDA tersebut dan mendiamkannya selama 5 menit di
lokasi pengamatan. Setelah 5 menit, cawan petri tersebut ditutup kembali secara
rapat agar tidak ada kontaminasi bakteri dari lokasi lain. Cawan petri yang
sudah diisi media PDA dan sejenis bakteri atau fungi di lokasi pengamatan tadi,
kemudian dilakukan pengamatan tentang pertumbuhannya selama 5 hari dan dilihat
perkembangan setiap harinya. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 1.
Hal yang
terjadi atau muncul pada media PDA tersebut adalah munculnya sejenis fungi yang
berwarna hitam seperti bintik-bintik yang saling berkumpul sebanyak 39 koloni.
Setelah diamati dan ditanyakan kepada dosen pembimbing praktikum, jenis yang
muncul pada media tersebut adalah sebuah koloni jenis fungi. Namun, setelah
dilihat dan dibandingkan dengan cawan petri yang menjadi kontrol, ternyata
didalam media kontrol tersebut terkena kontaminasi juga dengan ditandai
munculnya sejenis bakteri. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kecerobohan,
ketidakseriusan, dan ketidaktahuan praktikan dalam melakukan penyimpanan media
PDA dan pada saat melakukan penuangan ke cawan petri.
Tumbuhnya bakteri atau fungi kontaminan
pada media kontrol dapat pula terjadi karena adanya berbagai gangguan pada saat
praktikum, mulai dari penuangan media PDA pada tabung reaksi maupun pada cawan
petri yang dilakukan secara bergantian oleh beberapa orang dan kesalahan posisi
tangan pada saat memegang cawan petri pun yang seharusnya yang dipegang adalah
pinggir cawan, akan tetapi pada saat menuangkan yang dipegang adalah bagian
dalam cawan. Hal itu dapat menjadi salah satu faktor yang memungkinkan adanya
bakteri yang masuk ke dalam media. Selanjutnya, pada saat menuangkan PDA dan
mensterilkan cawan petri dengan menggunakan api bunsen, walaupun telah
dilakukan di bawah laminar airflow, tetap memungkinkan adanya bakteri yang
masuk melalui sisi kanan dan sisi kiri laminar, karena kurangnya pembakar
bunsen di sekitar laminar maupun terjadi karena kebocoran penyaring udara pada
laminar yang sudah tua usianya sehingga memungkinkan bakteri lain akan masuk.
Selain itu, kelalaian praktikan saat melakukan praktikum juga dapat menjadi
salah satu pengaruh, seperti berbicara saat meletakkan media PDA dan menunggu
di lokasi pengamatan, maupun karena banyaknya orang di sekitar laminar saat
praktikum berlangsung.
Pertumbuhan bakteri kontaminan dapat
mempengaruhi pertumbuhan fungi yang sedang dibiakkan dalam media PDA. Apabila
terlalu banyak dan terletak tepat pada fungi-fungi yang akan tumbuh, maka akan
menggangu dan menghambat tumbuhnya fungi dari hasil pengamatan di lokasi
budidaya jamur tiram tadi. Akhirnya, pada saat pengamatan terakhir berlangsung,
fungi yang tumbuh pun akan sedikit terhambat oleh adanya bakteri kontaminan
yang tumbuh pada media PDA tadi.
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil
beberapa kesimpulan, antara lain :
1.
Laboratorium penyakit hutan merupakan laboratorium yang
meneliti segala macam jenis penyakit hutan. Untuk menunjang kegiatann
penelitian, digunakan beberapa peralatan diantaranya adalah : Laminar Air Flow,
Autoklaf, Oven, Cawan Petri, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Spatula, Lampu Bunsen,
Sendok, Inkubator, Petri, Mikroskop, dan beberapa peralatan lainnya.
2.
PDA (Potato Dextros
Agar) merupakan salah satu jenis media semi buatan yang dapat digunakan
untuk mengembangbiakan bakteri atau jamur.
3.
Untuk mengisolasi fungi dan bakteri, dapat dilakukan dengan
teknik menggunakan media semi berupa
PDA.
4.
Secara umum praktikan sudah dapat membuat PDA,
mengembangbiakan fungi dan bakteri, dan dapat melakukan pengamatan menggunkan
mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
IGK, Tapa Darma. 1989. Ilmu
Penyakit Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Suryanegara. 2008. Fungi.
[Terhubung berkala] http://www.google.com/fungi salah satu
penyakit hutan/ [ 19 Mei 2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar