TINJAUAN PUSTAKA
Kekompakan bahan bakar sangatlah mempengaruhi cepat atau
tidaknya api dapat menjalar melalui bahan bakar tersebut. Kekompakan bahan
bakar berhubungan dengan kepadatan bahan bakar, sifat-sifat fisik kayu,
kerapatan pori pada kayu, serta suplai oksigen pada bahan bakar. Apabila
dikelompokkan, kekompakan bahan bakar terbagi dalam dua jenis, yaitu: bahan
bakar padat atau kompak (seperti: kayu, cabang kayu, pohon tumbang, dan kayu keras)
dan bahan bakar halus (seperti: alang-alang, semak belukar, daun, dan kayu
lunak). Dalam hal kekompakan bahan bakar, semakin kompak bahan bakar yang
digunakan pada pecobaan atau pada kenyataan di lapangan, akan menyebabkan
penjalaran api yang terjadi semakin sulit untuk merambat pada bahan bakar
tersebut (Akbar, 1994/1995).
Kadar air bahan bakar (berhubungan dengan kemudahan bahan
bakar tersebut terbakar api, kemampuan bahan
bakar menyerap energi pemanasan, pelepasan uap air dari dalam bahan bakar, serta
asap yang ditimbulkan). Jenis bahan bakar menurut perbedaan kadar air terbagi
kedalam dua bagian, yaitu: bahan bakar kering (kadar air rendah) dan bahan
bakar basah (kadar air tinggi) (JICA, 2006. Kata yang dicetak miring dari
penulis).
Jenis bahan bakar biasanya berhubungan dengan bentuk,
ukuran, dan ketersediaan zat yang mudah terbakar pada bahan bakar. Jenis bahan
bakar dibedakan menjadi: bahan bakar halus (alang-alang, pinus, eukaliptus) dan
bahan bakar kasar (daun lebar: jati, dipterocarpaceae) (...........). Sedangkan
menurut tipe bahan bakar terdapat bahan bakar atas (tajuk, daun, dan batang),
bahan bakar tengah (semak, cabang ranting dan daun), bahan bakar permukaan (rumput, runtuhan daun
kering), dan bahan bakar bawah (akar, humus, dan batu bara) (UNEP, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Acep. 1994/1995. Api
hutan dan strategi pemadamannya. Majalah Kehutanan Indonesia. Puskap Fisip USU:
Wim Dan Yayasan Sintesa. Edisi 06.
(Panduan Penggunaan Materi
Pelatihan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan.
JICA). tahun terbit 2006: hal 6.
Pedoman efisiensi energi untuk
industri di Asia. UNEP: 2006. [terhubung berkala] http://energyefficiencyasia.org
[diakses tanggal 10 Maret 2011]
l1 lf� F
< [ �� � rtLists]>·
Umur: 2010-1977=33 thn
·
Peninggi: Jumlah T peninggi/10 (23+24+….+23)=230/10=23
·
Bonita: Umur*peninggi
Bonita III (33
thn)
30 22.4 22.4+(3/5*[23.4-22.4])=23
35 23.4
·
Lbds lapangan= jumlah lbds= 2.14m2/0.1
Ha= 21.4 m2/Ha
·
Lbds tabel=
30 21.4 21.4+(3/5*[22.4-21.4])=22
35 22.4
·
KBD=lbds lap/lbds tabel=21.4/22=……..
·
Volume risalah (2010): KBD*volume pada umur
risalah
V risalah=1.25*(384+[3/5*63])=….
·
Volume daur= KBD*V8 (tabal)=……
DAFTAR PUSTAKA
- Arief,
Arifin, (1994), Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
- Daniel,
Theodore. W, John. A. Helms, Frederick S. Baker, (1978), Prinsip-Prinsip
Silvikultur (Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Djoko Marsono, 1992), Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
- Emrich
Anette, Benno Pokorny, Dr, Cornelia Sepp. (2000) Relevansi Pengelolaan
Hutan Sekunder Dalam Kebijakan Pembangunan (Penelitian Hutan Tropika).
Deutsche Gesellschaft Für Technische Zusammenarbeit (Gtz) Gmbh Postfach
5180 D-65726 Eschborn
- Marsono,
Dj (1991). Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indoensia.
Buletin Instiper Volume.2. No.2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
- Schindele,
W. (1989): Investigation of the steps needed to rehabilitate the areas of
East Kalimantan seriously affected by fire.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar