Kamis, 15 Maret 2012

KEKOMPAKAN, JENIS DAN KADAR AIR BAHAN BAKAR


TINJAUAN PUSTAKA

Kekompakan bahan bakar sangatlah mempengaruhi cepat atau tidaknya api dapat menjalar melalui bahan bakar tersebut. Kekompakan bahan bakar berhubungan dengan kepadatan bahan bakar, sifat-sifat fisik kayu, kerapatan pori pada kayu, serta suplai oksigen pada bahan bakar. Apabila dikelompokkan, kekompakan bahan bakar terbagi dalam dua jenis, yaitu: bahan bakar padat atau kompak (seperti: kayu, cabang kayu, pohon tumbang, dan kayu keras) dan bahan bakar halus (seperti: alang-alang, semak belukar, daun, dan kayu lunak). Dalam hal kekompakan bahan bakar, semakin kompak bahan bakar yang digunakan pada pecobaan atau pada kenyataan di lapangan, akan menyebabkan penjalaran api yang terjadi semakin sulit untuk merambat pada bahan bakar tersebut (Akbar, 1994/1995).
Kadar air bahan bakar (berhubungan dengan kemudahan bahan bakar tersebut terbakar api, kemampuan bahan bakar menyerap energi pemanasan, pelepasan uap air dari dalam bahan bakar, serta asap yang ditimbulkan). Jenis bahan bakar menurut perbedaan kadar air terbagi kedalam dua bagian, yaitu: bahan bakar kering (kadar air rendah) dan bahan bakar basah (kadar air tinggi) (JICA, 2006. Kata yang dicetak miring dari penulis).
Jenis bahan bakar biasanya berhubungan dengan bentuk, ukuran, dan ketersediaan zat yang mudah terbakar pada bahan bakar. Jenis bahan bakar dibedakan menjadi: bahan bakar halus (alang-alang, pinus, eukaliptus) dan bahan bakar kasar (daun lebar: jati, dipterocarpaceae) (...........). Sedangkan menurut tipe bahan bakar terdapat bahan bakar atas (tajuk, daun, dan batang), bahan bakar tengah (semak, cabang ranting dan daun),  bahan bakar permukaan (rumput, runtuhan daun kering), dan bahan bakar bawah (akar, humus, dan batu bara) (UNEP, 2006).





DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Acep. 1994/1995. Api hutan dan strategi pemadamannya. Majalah Kehutanan Indonesia. Puskap Fisip USU: Wim Dan Yayasan Sintesa. Edisi 06.

(Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan. JICA). tahun terbit 2006: hal 6.

Pedoman efisiensi energi untuk industri di Asia. UNEP: 2006. [terhubung berkala] http://energyefficiencyasia.org [diakses tanggal 10 Maret 2011]
l1 lf� F < [ �� � rtLists]>·         Umur: 2010-1977=33 thn
·         Peninggi: Jumlah T peninggi/10    (23+24+….+23)=230/10=23
·         Bonita: Umur*peninggi
Bonita III (33 thn)
30                   22.4        22.4+(3/5*[23.4-22.4])=23
35                   23.4
·         Lbds lapangan= jumlah lbds= 2.14m2/0.1 Ha= 21.4 m2/Ha
·         Lbds tabel=
30                   21.4        21.4+(3/5*[22.4-21.4])=22
35                   22.4
·         KBD=lbds lap/lbds tabel=21.4/22=……..
·         Volume risalah (2010): KBD*volume pada umur risalah
V risalah=1.25*(384+[3/5*63])=….
·         Volume daur= KBD*V8 (tabal)=……


Suksesi standar yang dijelaskan di atas adalah suatu contoh gambaran yang sangat skematis dari proses-proses suksesi yang sangat kompleks dan beragam. Walaupun kebanyakan suksesi mengikuti pola seperti yang dijelaskan di atas, pada kenyataannya di alam beberapa tahap suksesi sering terlampaui, atau berbagai proses suksesi muncul secara bersamaan dalam susunan seperti mosaik. Suatu situasi khusus terjadi, bila permudaan dari jenis pohon klimaks tetap hidup atau terdapat di seluruh areal setelah atau walaupun terjadi gangguan yang menyebabkan penggundulan hutan tersebut. Dalam hal ini, seluruh fase suksesi akan dilalui oleh komunitas tumbuhan tersebut, dan sebagai akibatnya yang terjadi hanyalah perubahan struktur hutan.




DAFTAR PUSTAKA

  • Arief, Arifin, (1994), Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
  • Daniel, Theodore. W, John. A. Helms, Frederick S. Baker, (1978), Prinsip-Prinsip Silvikultur (Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Djoko Marsono, 1992), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
  • Emrich Anette, Benno Pokorny, Dr, Cornelia Sepp. (2000) Relevansi Pengelolaan Hutan Sekunder Dalam Kebijakan Pembangunan (Penelitian Hutan Tropika). Deutsche Gesellschaft Für Technische Zusammenarbeit (Gtz) Gmbh Postfach 5180 D-65726 Eschborn
  • Marsono, Dj (1991). Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indoensia. Buletin Instiper Volume.2. No.2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
  • Schindele, W. (1989): Investigation of the steps needed to rehabilitate the areas of East Kalimantan seriously affected by fire.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger