Resensi Film
Film ini merupakan film tentang 100
tahun kehutanan di Amerika. Sebuah dokumenter sejarah bagaimana Negara Amerika
membangun sistem kehutanan sejak perang saudara antar utara dan selatan. Pada
awalnya, tanah di negeri paman Sam ini dibagi-bagi oleh penguasa kepada jawatan
kereta api, orang kaya, dan beberapa kelompok orang yang dihormati. Pemanfaatan
kayu dilakukan dengan demikian besar menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya
kekurangan pasokan kayu dalam beberapa waktu ke depan, terutama di kawasan
timur Amerika. Mereka juga tidak memiliki ahli kehutanan pada masa itu, hingga
muncul seorang anak muda yang pada dasarnya berasal dari keluarga Perancis yang
menetap di Amerika dan memiliki bisnis di bidang perkayuan. Namun untuk menjadi
seorang ahli kehutanan, dia harus belajar ke negeri Eropa.
Pemuda inilah yang menjadi cikal
bakal pengelolaan hutan di Amerika dengan menanamkan filosofi bahwa hutan dapat
dimanfaatkan dengan memanen pertumbuhannya saja dan ini bisa dilakukan dalam
kurun waktu yang lama.
Perjuangan dan kerja keras pemuda
ini mendapatkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat pada umumnya hingga
terbentuk satu organinsasi pemerintah yang bernama "Forest Service"
dan menetapkan beberapa kawasan sebagai "National Forest".
Pada tahun 1905, departemen
kehutanan AS mulai memikirkan sebuah ide yang terbaik sebagai sebuah solusi
permasalahan kekurangan kayu yang sedang menjadi topik utama di negerinya.
Semua itu berawal dari sebuah fenomena besar di dunia yakni adanya kekurangan
kayu dan penebangan hutan dimana-mana, terutama di Amerika. Cerita ini bermula
pada tahun 1865, Gifford Pinchot (seorang
ahli kehutanan Amerika) berpikir untuk membuat perbaikan atas kekurangan kayu
dan penebangan liar yang terjadi dimana-mana. Salah satu aksi nyata yang
dilakukannya adalah dengan pengelolaan hutan yang baik di Eropa dan
memanfaatkan semua hasil hutan dengan lestari.
Pemikiran lain yang dilakukannya
adalah dengan adanya kegiatan konservasi pada hutan-hutan yang sangat
berpotensi untuk dijaga kelestariannya. Dengan adanya kegiatan konservasi yang
sangat berkembang, terutama pada masa pemerintahan Teodor Roosevelt yang sangat mendukung terhadap konservasi, beliau menyatakan
bahwa hutan lindung yang merupakan salah satu hutan konservasi merupakan hutan
nasional yang harus dijaga kelestriannya. Dengan kegiatan konservasi, mulailah
bermunculan beberapa ahli kehutanan dan para penjaga hutan yang menjadikan
mereka sebagai simbol negara baru.
Kegiatan konservasi yang dilakukan
ini mempunyai tujuan yang baik yakni menyelamatkan dunia secara berkelanjutan
dengan tanpa adanya penebangan liar dan penggembalaan hewan ternak di sekitar
kawasan konservasi. Untuk menjadikan kegiatan konservasi ini berjalan sesuai
rencana, diperlukan adanya pembangunan yang baik mulai dari sistem yang ada
pada saat itu yakni pemerintahan yang kurang begitu mendukung setelah
pemerintahan Teodor Roosevelt. Akhirnya dengan beberapa cara dan metode yang
digunakan, pemerintah pun dapat mengerti dan menerima usulan kegiatan
konservasi dan akhirnya kegiatan konservasi pun berjalan kembali sesuai yang
direncanakan.
Tahun demi tahun terus berjalan,
seiring dengan perkembangan kawasan konservasi, permasalahan lain pun
bermunculan. Permasalahan selanjutnya yang harus dihadapi oleh para penggerak
kehutanan adalah bagaimana melawan “Si Jago Merah” sebagai julukan dari api
yang merupakan salah satu musuh besar bidang kehutanan. Dalam menghadapi
permasalahan tersebut, maka muncullah nama Ed
Pulaski sebagai promotor polisi hutan Amerika pertama. Para polisi hutan
ini seringkali disebut sebagai “pencari asap” karena dalam kegiatan yang
dilakukannya lebih banyak berhubungan dengan pemusnahan api yang mengakibatkan
kebakaran hutan.
Dalam perjalanannya sebagai polisi
hutan yang sekaligus sebagai pemusnah api, Ed Pulaski dan teman-temannya sering
kali menemukan banyak masalah, salah satunya adalah keterbatasan alat yang
digunakan yang hanya menggunakan sebuah sekop pengeruk tanah yang digunakan
untuk mematikan api di hutan. Waktu demi waktu terus berjalan, metode lain pun digunakan
yakni dengan melakukan pengasapan dari atas melalui pesawat yang diyakini dapat
mempercepat dalam pemusnahan api di hutan. Dalam permasalahan kali ini, dapat
kita ambil sebuah gambaran bahwa dalam perjalanannya, memusnahkan api merupakan
salah satu ukuran keberhasilan departemen kehutanan dalam mengelola hutan
secara baik dan lestari.
Seiring brjalannya waktu, karena
kebutuhan akan kayu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan rumah semakin
banyak, akhirnya kegiatan konservasi pun semakin sulit dilakukan. Sebagian
besar kawasan konservasi mulai ditebang dan hasil kayunya digunakan untuk
pembuatan rumah. Para ahli kehutanan dunia mulai berpikir tentang cara apa yang
harus dilakukan untuk menanggapi permasalahan tersebut dan beberapa usulan pun
diutarakan. Usulan-usulan tersebut adalah dengan adanya pergeseran pemanfaatan
ke non-kayu (barang-barang substitusi kayu) yang digunakan dalam pembuatan
rumah ataupun keperluan lain, mengurangi konsumsi kayu setiap warga dunia dalam
kehidupan sehari-harinya, atau dengan adanya kegiatan daur ulang sisa kayu
untuk dibuat dan dipergunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar