Mata Kuliah:
Geomatika dan Hari/tanggal:
Rabu, 28 Maret 2012
Inderaja Kehutanan Waktu : 14.00-17.00 WIB
KLASIFIKASI TERBIMBING
Oleh:
KELOMPOK 1
1.
Nadya Susetya Ningtyas (E14090071)
2.
Jajang Roni A. Kholik (E14090090)
Dosen:
Dr. Nining Puspaningsih, M.Si.
Asisten:
1.
Edwine S.P. S. Hut.
2. Putu Indra Divayana, S. Hut.
3.
Aditya Sani Sasmita (E14070106)
4. Aditya Pradhana (E14070116)
5.
Erry Maulana W (E14070122)
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Suatu gambar yang dihasilkan dari pengamatan penginderaan
jauh belum tentu menunjukkan suatu areal yang sama dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Misalnya: hasil
citra menunjukkan areal tersebut adalah badan air, akan tetapi di lapangan belum tentu area tersebut adalah badan
air. Untuk itu, perlu adanya suatu pengelompokkan tutupan lahan pada citra yang
dihasilkan. Pengelompokkan ini disebut dengan klasifikasi.
Klasifikasi data adalah suatu proses dimana semua pixel
dari suatu citra yang mempunyai penampakan spektral yang sama akan
diidentifikasi menjadi satu data klas
yang sama.
Sebagai contoh: suatu citra Landsat TM dengan
tujuh band dapat diklasifikasikan untuk mengidentifikasi hutan atau tata guna lahan. Terdapat sejumlah pilihan untuk membuat suatu klasifikasi, dapat dipilih berbagai jenis keluaran dan
pengolahan data sesuai yang diinginkan. Dalam
proses klasifikasi, dapat dibuat suatu data set klasifikasi atau suatu algoritma dari tiap-tiap baris
yang mempresentasikan suatu kelas.
Berdasarkan teknik dari pendekatan klasifikasi secara
kuantitatif terbagi atas dua, yaitu: klasifikasi tidak terbimbing (unsepervised classification) dan
klasifikasi terbimbing (supervised classification). Pada klasifikasi
tidak terbimbing, proses pembentukan kelas–kelas
sebagian besar dikerjakan oleh program komputer yang terbentuk berdasarkan data
itu sendiri. Klasifikasi tidak terbimbing ini hanya sebagian kecil saja yang
ditetapkan atau didesain oleh analis. Klasifikasi ini sering
disebut juga dengan klastering (clustering). Sedangkan klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi yang dilakukan
dengan arahan analis (supervised). Kriteria pengelompokkan kelas ditetapkan
berdasarkan penciri kelas yang diperoleh analis melalui pembuatan “training
area”.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1.
Memahami tahapan-tahapan dalam melakukan
klasifikasi kuantitatif secara terbimbing.
2.
Memperkenalkan beberapa metode klasifikasi terbimbing seperti
peluang maksimum (maximum likelihood classifier), jarak terdekat (minimum
distance: mahalanobis, Euclidean), dan klasifikasi pipaparallel (parallelepiped
classification).
3.
Melakukan evaluasi
separabilitas dan menghitung akurasi dari
klasifikasi
II. METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Geomatika dan Inderaja Kehutanan dengan judul
materi Klasifikasi Terbimbing ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28
Maret 2012 mulai pukul 14.00-17.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Remote
Sensing dan GIS, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.
2.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.
Laptop
2.
Software ERDAS IMAGINE 9.1
3.
Microsoft word dan excel
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.
Alat tulis
2.
Data citra satelit Kampus
IPB tahun 2000
(tm00_kampus.img)
2.3. Cara Kerja
1.
Buka software ERDAS IMAGINE 9.1 pada layar komputer.
2.
Buka viewer baru dengan memasukan data image citra tm00_kampus.img
3.
Kemudian klik AOI
(Areal of Interest) > tools sehingga muncul
tools seperti gambar di bawah ini. Untuk
membuat titik-titik poligon pada citra, klik tool create polygon pada AOI tersebut.
4.
Setelah itu,
tempatkan areal interest yang berupa poligon tadi pada objek yang diinginkan
pada citra tm00_kampus.img, misalnya pada objek awan. Namun sebelumnya lakukan
perbesaran pada objek yang diinginkan terlebih dahulu.
5.
Buatlah beberapa
buah poligon (minimal 3 buah) pada lokasi yang dianggap menunjukkan objek yang sama
dengan penyebaran yang merata.
6.
Kemudian klik
tool box select AOI seperti pada gambar di bawah ini dan letakkan pada training
area yang sudah dibuat dengan melakukan blok/drag pada citra tersebut sampai
semua poligon menjadi aktif.
7.
Setelah itu, klik group selected objects untuk membuat grup
pada semua poligon yang ada sehingga menjadi satu grup.
8.
Kemudian pilih signature editor pada tool classifier > signature editor.
9.
Setelah di klik, kemudian muncul tabel signature editor
seperti di bawah ini. Untuk memunculkan data, klik create
new signature (s) from AOI kemudian beri nama objek yang
telah dipilih pada signature objek.
10. Pilih file > save > AOI layer as. Jika muncul tulisan “do you delete it?” maka pilih atau
klik “No”.
11. Masukkan nama pada data misalnya : training_area_air
sungai_aoi. Kemudian klik OK.
12. Kemudian klik close top layer untuk menghilangkan poligon yang
sudah dibuat sehingga poligon yang tadi muncul menjadi hilang
(tidak ada).
13. Lakukan tahapan-tahapan diatas pada objek lain, misalnya:
bayangan awan, badan air, permukiman, lahan terbuka, vegetasi rapat, vegetasi sedang,
dan vegetasi rapat.
14. Setelah selesai, klik evaluate pada tabel signature editor dan pilih
separability sehingga muncul signature separability.
15.
Pada tabel signature separability lakukan pemilihan layer sebanyak 6 layers, kemudian klik transformed divergence distance measure, dan klik output form
berupa cellArray,
dan report type-nya adalah summary report, lalu klil OK.
16.
Setelah dilakukan
pengisian pada signature separability tersebut, maka akan muncul tabel nilai
keterpisahan antar kelas tutupan lahan seperti dibawah ini.
17.
Untuk menampilkan
nilai perhitungan error matrix yaitu nilai akurasi dari pembuatan kelas tutupan
lahan yang sudah dibuat, maka klik evaluate > contingency maka akan muncul
tampilan berikut:
18.
Langkah terakhir
setelah tampil error matrix, maka lakukan perhitungan nilai user’s accuracy,
produser’s acc, overall acc, dan kappa accuracy dengan rumus-rumus yang sesuai.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1 Hasil
Tabel 1. Penentuan titik-titik yang dibuat untuk training area
Tabel 2. Proses penyimpanan data AOI hasil training area
klasifikasi terbimbing
Tabel 3. Nilai Signature Editor
Tabel 4. Nilai
Separability CellArray
Tabel 5. Nilai Signature Editor
Signature
Name
|
Red
|
Green
|
Blue
|
Value
|
Order
|
Count
|
Prob.
|
P
|
I
|
H
|
A
|
FS
|
Awan
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
1
|
1
|
77
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
Bayangan
Awan
|
0.000
|
0.000
|
0.000
|
2
|
2
|
64
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
Badan
Air
|
0.000
|
0.000
|
1.000
|
3
|
3
|
15
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
Permukiman
|
0.627
|
0.322
|
0.176
|
4
|
4
|
12
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
Vegetasi
Rapat
|
0.000
|
0.392
|
0.000
|
5
|
5
|
31
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
Vegetasi
Sedang
|
0.000
|
1.000
|
0.000
|
6
|
6
|
21
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
Vegetasi
Jarang
|
1.000
|
1.000
|
0.000
|
7
|
7
|
41
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
Tanah
Kosong
|
0.860
|
0.140
|
0.364
|
8
|
8
|
32
|
1.000
|
x
|
x
|
x
|
x
|
Tabel 6. Nilai Separability
CellArray
Signature
Name
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Awan
|
0
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
Bayangan
Awan
|
2000
|
0
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
Badan
Air
|
2000
|
2000
|
0
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
Permukiman
|
2000
|
2000
|
2000
|
0
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
Vegetasi
R
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
0
|
2000
|
2000
|
2000
|
Vegetasi
S
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
0
|
2000
|
2000
|
Vegetasi
J
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
0
|
2000
|
Tanah
Kosong
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
2000
|
0
|
Tabel 7. Nilai hasil perhitungan Overall
accuracy dan Kappa accuracy
Σxii
|
293
|
=B7+C8+D9+E10+F11+G12+H13+I14
|
ΣXi+ X+i
|
14501
|
=(J7*B16)+(J8*C16)+(J9*D16)+(J10*E16)+(J11*F16)+
(J12*G16)+(J13*H16)+(J14*I16)
|
Overall
Acc
|
100%
|
=(B21/J16)*100
|
Kappa
Acc
|
100%
|
=(((B21*J16)-(B22))/(J16^2-B22))*100
|
Gambar 1.
Tampilan citra sebelum dan setelah dilakukan training area
3.2 Pembahasan
Klasifikasi citra merupakan
pengelompokkan obyek atau fenomena yang ada di permukaan bumi dari jumlah yang
sangat besar menjadi beberapa kelas yang dapat disatukan dengan menggunakan
data hasil analisis. Suatu citra satelit, akan senantiasa menangkap reflektansi
(citra optik reflektif), backscatter
(microwave), dan radiasi (termal). Hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan
hasil klasifikasi yang akurat adalah dengan membuat skema kelas yang sesuai dan
tepat dengan beberapa syarat, yaitu: seorang analis harus mengerti variasi pada
tutupan lahan, variasi respon spektral, dan hubungan antara variasi tutupan
lahan dan respon spektral pada sebuah data citra. Pada klasifikasi kuantitatif,
terdapat dua metode yang dapat digunakan yaitu klasifikasi terbimbing (superviced classification) dan
klasifikasi tidak terbimbing (unsuperviced
classification). Klasifikasi terbimbing (superviced classification) dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni: maximum
likelihood classified, minimum distance classified, dan multilevel
slice classified.
Pada praktikum ini, akan dibuat kelas tutupan lahan dengan menggunakan
metode klasifikasi terbimbing. Pada tahap awal yang dilakukan adalah membuka
viewer citra yang akan dianalisis dengan komposit band bebas atau tidak
ditentukan. Pada klasifikasi terbimbing, diharuskan dibuat training area, yaitu
pembuatan dan penentuan area-area yang sama untuk dikelaskan ke dalam satu
kelas yang sama. Untuk membuat training area yang ingin diklasifikasikan, dapat
dibuat dengan menggunakan AOI (Areal of Interest) dengan menggunakan tool pada
viewer yang sudah ditampilkan tadi. Pembuatan kelas tidak ada ketentuan, yang
terpenting adalah semua luasan citra yang ada dapat terwakili. Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum ini, dihasilkan beberapa kelas tutupan lahan
yaitu: awan, bayangan awan, badan air, vegetasi rapat, vegetasi sedang, vegetasi
jarang, permukiman, dan tanah kosong. Setiap kelas yang dibuat, ditentukan
daerahnya dengan menggunakan tool polygon sebanyak 3 lokasi objek
pengamatan yang dianggap sama.
Setelah dilakukan pengelompokan, pada nilai signature editor dapat terlihat
perbandingan nilai hasil klasifikasi yaitu berupa nilai perbandingan antara
panjang gelombang red, green, dan blue yang dihasilkan pada masing-masing kelas
tutupan lahan (vegetasi, badan air, permukiman, dan sebagainya). Selain itu,
pada data tersebut terdapat nilai count
yang menunjukkan jumlah pixel data yang diklasifikasikan dalam satu kelas,
misalnya: pada kelas awan jumlah pixel yang masuk kategori awan adalah
berjumlah 77 pixel, kelas vegetasi rapat jumlah pixel yang masuk kategori
vegetasi rapat adalah berjumlah 31 pixel, dan seterusnya (lihat tabel 3 dan 5).
Selanjutnya pada tabel 6. terdapat nilai separability cellArray yang menandakan nilai keterpisahan suatu kelas
dengan kelas yang lain yang sudah dibuat. Nilai tersebut dapat diketahui dengan
melihat hasil evaluate yaitu separability
dan contingency. Pada tool tersebut akan muncul angka-angka
yang menyatakan nilai keterpisahan antar kelas objek yang sudah dibuat kelasnya
dengan tingkat keterpisahan sebagai berikut: 2000 (Sempurna/ Excellent), 1900-<2000
(Baik/ Good), 1800-<1900 (Cukup/ Fair), 1600-<1800 (Kurang/ Poor),
dan < 1600 (Tidak dapat terpisahkan/ inseparable).
Jika dilihat berdasarkan hasil yang di dapat, maka keterpisahan antara kelas
awan dengan bayangan awan adalah bernilai 2000 atau dikatakan dapat dipisahkan
secara sempurna (excellent),
selanjutnya pada kelas badan air dan permukiman bernilai 2000 maka dapat
dikatakan bahwa kedua kelas tersebut juga dapat dipisahkan dengan sempurna,
pada vegetasi rapat dan jarang atau vgetasi rapat dengan vegetasi sedang juga
menghasilkan nilai keterpisahan sebesar 2000, maka hal tersebut juga dapat
dikatakan bahwa kedua kelas tersebut dapat dipisahkan dengan sempurna, begitu
pula untuk yang lainnya menghasilkan nilai yang sama sebesar 2000. Selain itu,
apabila dilihat berdasarkan nilai best
average separability yang menandakan rata-rata keterpisahan antar keseluruhan
kelas yang ada, menghasilkan nilai sebesar 2000. Hal tersebut berarti
menunjukkan bahwa semua hasil klasifikasi yang sudah dibuat tersebut dapat
dipisahkan dengan sempurna.
Dari pernyataan di atas, dapat
dijelaskan bahwa apabila nilai keterpisahan objek sebesar 2000, maka sempurna
dapat dipisahkan. Akan tetapi jika terdapat satu atau dua kelas yang memiliki
nilai keterpisahan rendah (<1800), maka sebenarnya kedua kelas tersebut dapat
di gabungkan dengan membuat suatu kelas baru yang mewakili keduanya. Misalnya
pada tegakan pinus (Pinus sp.) rapat
dan tegakan meranti (Shorea sp.)
rapat tidak dapat terlihat perbedaan keduanya dari citra, maka dapat dibuat kelas
baru yaitu vegetasi rapat.
Setelah mengetahui nilai keterpisahan
suatu kelas objek dengan kelas objek yang lain, maka dapat diketahui juga nilai
akurasi pada tiap-tiap klasifikasi tersebut yaitu melalui signature editor,
dengan klik tool evaluate > contingency. Pada data tersebut, dapat diketahui
nilai hasil perhitungan baik berupa producer’s accuracy (akurasi pembuat),
user’s accuracy (akurasi pengguna), overall accuracy, maupun
nilai kappa accuracy. Berdasarkan pada tabel 8, hasil perhitungan yang
didapat menunjukkan bahwa dari 77 pixel yang dibuat training area sebagai awan,
maka hasilnya adalah pixel dapat dikelaskan sebagai awan berjumlah 77 pixel.
Pada permukiman, dari 12 pixel yang dibuat training area sebagai objek
permukiman, maka pixel yang dapat dikelaskan sebagai objek permukiman adalah 12
pixel. Begitu juga pada vegetasi rapat dan tanah kosong, dari 31 dan 32 pixel
yang dibuat training area sebagai objek vegetasi rapat dan tanah kosong, maka
pixel yang dapat dikelaskan sebagai vegetasi rapat dan tanah kosong adalah
masing-masing 31 dan 32 pixel dan seterusnya.
Jika dilihat dari nilai persentase
akurasi yang didapat, semua kelas yang dibuat bernilai akurasi sebesar 100%,
baik untuk nilai User’s Accuracy maupun Producer’s Accuracy. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat akurasi atau ketepatan dalam menentukan dan
memisahkan antar kelas tutupan lahan adalah sempurna. Maka dengan melihat nilai
tersebut, sudah pasti setiap pixel yang dibuat atau diduga hasil training area sebagai
suatu kelas objek tertentu akan dapat dikelaskan menjadi objek tersebut dengan
jumlah pixel yang sama. Akan tetapi, pada kasus lain dapat berbeda nilai pixel
yang dikelaskan dengan pixel hasil training area, misalnya: pada vegetasi
jarang dari 60 pixel yang dibuat training area sebagai vegetasi jarang, maka
dapat dikelaskan sebanyak 55 pixel sebagai vegetasi jarang dan 5 pixel/ kelas
sisanya sebagai vegetasi sedang. Hal tersebut berarti menunjukkan akurasi kelas
yang dibuat rendah dan ketepatan penentuan objek yang sama juga menunjukkan
nilai ketepatan yang rendah. Besar atau kecilnya nilai akurasi atau ketepatan
sejumlah pixel yang dibuat suatu kelas tertentu tergantung pada beberapa
ketentuan, yaitu sebagai berikut: 1) cara pengambilan pixel yang dilakukan pada
training area, 2) objek yang menurut Produser’s/ pembuat kelas adalah sama atau
berbeda, belum tentu objek tersebut dianggap sama atau berbeda oleh dijital
(dijital tidak bisa memisahkannya), dan 3) visual yang dapat dilihat tidak
dapat menentukan nilai akurasi, tetapi nilai hasil dijital yang dapat
menentukan tingkat akurasi klasifikasi.
Akurasi sering dianalisis
menggunakan suatu matrik kontingensi, yaitu suatu matrik bujur sangkar yang
memuat jumlah pixel yang diklasifikasi. Matrik ini sering disebut dengan ”error
matrix” atau ”confussion matrix”. Pada tabel 7. tersebut juga terdapat nilai
Kappa dan Overall Accuracy. Secara konvensional, akurasi klasifikasi biasanya
diukur berdasarkan persentase jumlah pixel yang dijelaskan secara benar dibagi
dengan jumlah total pixel yang digunakan. Akurasi ini sering disebut Overall
accuracy dan Kappa accuracy dihitung dari keseluruhan kelas dan pixel yang ada.
Atau dengan kata lain, nilai Kappa Acc. tersebut didapat dari nilai total
akurasi kelas yang tepat dan tidak tepat, sedangkan pada Overall Acc. hanya
menghitung nilai kelas yang dianggap benar saja.
Hasil praktikum menunjukkan nilai persentase
Overall accuracy yang dihasilkan adalah sebesar 100%. Tetapi akurasi Overall ini umumnya jarang
digunakan karena sering mengalami ”over estimate”. Hal tersebut karena akurasi
ini hanya menggunakan pixel-pixel yang terletak pada diagonal suatu matrik
kontingensi, sehingga tidak baik digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu
klasifikasi. Akurasi yang lebih tepat digunakan adalah akurasi Kappa. Akurasi
ini menggunakan semua elemen dalam matrik. Dari hasil perhitungan dapat
ditunjukkan bahwa akurasi Kappa adalah sebesar 100%. Ini menunjukkan bahwa
klasifikasi yang dibuat dalam menentukan suatu objek tutupan lahan sangat
sempurna (berhasil).
IV. KESMIPULAN
Berdasarkan
pada pembahasan yang telah dijelaskan dan menjawab beberapa tujuan yang ada,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada klasifikasi terbimbing diharuskan
dibuat training area, yaitu pembuatan dan penentuan area-area yang sama untuk
dikelaskan ke dalam satu kelas yang sama. Pada praktikum ini
dihasilkan beberapa kelas tutupan lahan, yaitu: awan, bayangan awan, badan air,
vegetasi rapat, vegetasi sedang, vegetasi jarang, permukiman, dan tanah kosong.
2. Berdasarkan
nilai separability dan best average separability yang
dihasilkan yaitu sebesar 2000, maka nilai tersebut menunjukkan bahwa semua
hasil klasifikasi yang sudah dibuat tersebut dapat dipisahkan dengan sempurna.
3. Jika
dilihat dari nilai persentase akurasi yang didapat, semua kelas yang dibuat
bernilai akurasi sebesar 100%, baik untuk nilai User’s Accuracy maupun
Producer’s Accuracy. Selain itu, nilai persentase Overall dan Kappa accuracy yang dihasilkan juga
sebesar 100%. Hal ini menunjukkan
bahwa klasifikasi yang dibuat dalam menentukan suatu objek tutupan lahan sangat
sempurna (berhasil).
4. Nilai
yang sering digunakan dalam penentuan akurasi adalah Kappa accuracy, karena
nilai tersebut didapat dari nilai total akurasi kelas yang tepat dan tidak
tepat, sedangkan pada Overall Acc. hanya menghitung nilai kelas yang dianggap
benar saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2008.
Materi kuliah: Supervised Classification.
[terhubung berkala] http//:www.kuliahspasial.blogspot.com/2008_04_14_archive.html [diakses pada tanggal 2 Mei 2009].
Wikantika. 2008. Sistem
Klasifikasi Land Used dan Land Cover [terhubung berkala] http//:wikantika.wordpress.com/2008/05/02/sekilas-tentang-sistem-klasifikasi-land-useland-cover/
[diakses pada tanggal 2 Mei 2009].